Tampilkan postingan dengan label Insights. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Insights. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 September 2023

MEMBUAT ANAK GILA MEMBACA


Kathy A. Zahler, Penulis buku '50 Simple Things You Can Do to Raise a Child Who Loves to Read' menuturkan bahwa,

Saya kira, saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang beruntung. Saya tumbuh di sebuah rumah yang di dalamnya ada banyak buku dan kedua orang tua saya sangat mencintai buku. Saya membaca buku secara rutin sejak kecil. Membaca buku merupakan kegiatan favorit saya hingga sekarang.”

Menurutnya, ada 3 (tiga) cara atau metode ampuh dan teruji menjadikan seorang anak gila membaca, yakni:

Pertama, berikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak-anak Anda agar mereka benar-benar dapat melihat Anda sedang membaca buku. Agar seorang anak gemar membaca buku di rumah, tentu mereka perlu contoh nyata. Dan orang tua adalah orang yang diharapkannya memberikannya contoh nyata. Bagi orang tua yang tidak suka membaca, karena mungkin tidak tumbuh dalam kultur keluarga yang gemar membaca, perlu mencoba beberapa tips berikut ini agar bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya:

  1. Carilah topik bacaan yang disukai oleh seluruh anggota keluarga setiap hari. Mungkin novel, kumpulan cerpen, buku resep masakan, atau apa saja. Yang penting bisa menumbuhkan minat baca bagi anggota keluarga.
  2. Milikilah buku-buku dan pajanglah buku-buku tersebut di rumah secara atraktif. Beberapa buku perlu diletakkan di ruang tamu, sebagiannya di ruang keluarga, dan sebagiannya mungkin perlu diletakkan di tempat-tempat anggota keluarga biasa ngumpul.
  3. Berusahalah sekuat daya untuk mematikan televisi, smartphone, dan mulailah membaca.
  4. Berikan buku kepada anak-anak Anda saat Anda membaca sebuah buku.

Kedua, bagikanlah informasi-informasi yang bermanfaat yang Anda dapatkan dari kegiatan membaca Anda kepada anak-anak Anda. Panggilah anak-anak Anda begitu Anda menemukan sederet teks menarik yang memberikan hal-hal baru kepada Anda. Tunjukkanlah teks-teks menarik tersebut kepada anak-anak Anda. 

Ketiga, pada saat Anda membaca buku di rumah, cobalah sesekali membaca dengan suara yang keras supaya anak-anak Anda mendengarnya.

Dikutip dari buku “Andaikan Buku itu Sepotong Pizza” karya Hernowo

Pengutip: Rusdan, bukan siapa-siapa.

Share:

Minggu, 27 Agustus 2023

MONOPOLI KESUKSESAN & KEMULIAAN?

Salah seorang sastrawan dan pendidik bijak, Sayyid Ahmad al-Hasyimi, berkata dalam Diwan al-Insya’-nya,

“Bisa jadi, seorang individu merasa tidak sanggup untuk meniti jalan orang-orang besar atau menaiki tangga kemuliaannya. Seandainya saja ia tahu bahwa tekad yang kuat yang berpadu dengan semangat yang tinggi dapat mengantarkan pemiliknya menuju singgasana kemuliaan dan mendudukkannya di atas kursi kejayaan, maka pasti ia akan meniru para tokoh besar tersebut dalam karakteristik dan jerih payahnya. Ketahuilah, dengan berupaya menempuh jalan tersebut engkau akan memahami dengan baik cita-cita dan tujuan hidup tokoh besar itu. Keteladanan yang baik akan mencetak para tokoh besar. Tidak ada satu pun golongan atau kaum yang memonopoli kemuliaan dan kesuksesan. Oleh karena itu, janganlah mengira bahwa kemuliaan hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja dan tidak dapat menular kepada orang lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kemuliaan sebagai barang publik yang bisa dimiliki oleh siapa saja yang mencarinya. Setiap orang yang menempuh jalannya serta memahami lika-likunya dengan baik, maka orang tersebut pasti dapat meraih kemuliaan itu. Orang bahagia adalah orang yang menjadikan kemuliaan sebagai tujuan dan karakter dirinya.”

Thahir bin Husain, dalam bait-bait syairnya bertutur,

Jika engaku takjub akan sifat seseorang
Jadikanlah dirimu seperti sifatnya yang membuatmu takjub
Tidak ada penghalang yang merintangi kemuliaan
Jika engkau mendatangainya

Terjanglah berbagai rintangan dengan semangatmu yang membara. Tunggangilah kendaraan yang penuh dengan risiko. Tegakkanlah dirimu di atas karang kesabaran. Ikutilah jejak orang-orang terdahulu menuju keluhuran tanpa keraguan sedikit pun, maka niscaya engkau akan sampai pada tujuan dan cita-citamu.”


Dikutip kembali dari buku “Kisah Para Ulama Terdahulu Mengelola Waktu” karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

Pengutip: Rusdan, bukan siapa-siapa.

Share:

Rabu, 23 Agustus 2023

MENGUNGKAP PESONA POLYMATH MUSLIM: INSPIRASI DARI MASA LAMPAU

 

Apa itu Polymath 

Polymath adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani polymathēs, yang berarti berpengetahuan banyak. Polymath adalah seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam dan keterampilan yang luas dalam berbagai bidang ilmu, seperti sains, seni, humaniora, matematika, dan sebagainya. Mereka mampu berkontribusi dan berhasil dalam berbagai konteks dan tidak terbatas pada satu area spesifik.

Adakah Batasan Polymath?
Sejauh ini, tidak ada jumlah atau bidang ilmu tertentu yang secara pasti harus dikuasai untuk disebut sebagai polymath. Konsep polymath lebih mengacu pada kemampuan seseorang untuk memiliki pengetahuan mendalam dan keterampilan yang luas dalam berbagai bidang ilmu dan seni.

Seorang polymath biasanya memiliki pemahaman yang baik dalam beberapa bidang yang berbeda. Ini bisa mencakup ilmu pengetahuan, matematika, seni, sastra, musik, sejarah, filsafat, dan banyak lagi. Selain pengetahuan yang luas, polymath juga memiliki pemahaman mendalam dalam setidaknya satu atau dua bidang tertentu. Mereka bukan hanya sekadar mengenal konsep dasar, tetapi juga mampu memahami kompleksitas dan nuansa dari bidang tersebut. Selain itu, polymath seringkali memiliki kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang yang berbeda dan berpikir secara inovatif. Ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide baru yang mungkin tidak terlihat oleh ahli yang sangat terfokus pada satu bidang.

Baca juga: Seberapa penting memiliki perpustakaan keluarga?

Para Polymath Muslim
Dalam sejarah Islam, ada sejumlah tokoh yang memiliki kemampuan istimewa dalam berbagai bidang ilmu dan seni. Mereka dikenal sebagai polymath, individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas dalam banyak disiplin. Keberhasilan mereka dalam memadukan pengetahuan lintas bidang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan pemikiran di dunia Islam.

Para polymath Muslim telah memberikan sumbangan penting terhadap perkembangan pengetahuan dan budaya dalam Islam khususnya, dan dunia secara umum. Keberhasilan mereka dalam menggabungkan keahlian lintas bidang menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Dari Ibnu Sina hingga Al-Jahiz, mereka mengajarkan pentingnya memandang ilmu sebagai satu kesatuan yang dapat memberikan wawasan mendalam tentang alam semesta dan manusia. Dengan menghargai warisan mereka, kita dapat terus terinspirasi untuk mengembangkan pengetahuan lintas disiplin dan berinovasi dalam berbagai bidang.

Para polymath ini tidak jarang atau bahkan mungkin selalu diidentikkan sebagai figur yang hanya menguasai satu bidang ilmu. Padahal sebetulnya mereka adalah spesialis-generalis atau generalis-spesialis. Artinya, mereka cukup pakar pada satu bidang ilmu tertentu, namun sebetulnya mereka juga pakar pada bidang-bidang lainnya. Atau mereka pakar pada bidang-bidang secara umum, namun mereka lebih pakar lagi pada suatu bidang yang khusus. Ibnu Sina misalnya, berkat al-qanun fi attib-nya, ia lebih populer sebagai seorang yang ahli di bidang kedokteran, padahal ia juga pakar pada bidang filsafat, matematika, dan astronomi.

Dalam rumpun bidang ilmu syar’i semua ulama pendiri mazhab, termasuk juga penyokong setelahnya, sebetulnya adalah polymath. Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Malik bin Anas dikenal sebagai pakar fikih dan pendiri mazhab fikih, padahal beliau berdua juga pakar pada bidang lainnya, seperti tafsir atau hadits misalnya. Imam Ahmad punya kitab khusus yang mengoleksi hadist-hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana sistematika penyusunanya unik, dalam sejarah dikenal dengan Musnad Imam Ahmad. Begitu juga dengan Imam Malik memiliki kitab hadits yang dikenal dengan al-Muwaththa’ yang kerap disejajarkan dengan kitab hadits yang ditulis oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim atau setidak-tidak penulis kitab sunan (ashabus sunan). Pada peroide berikutnya ada Imam Ibnu Katsir. Selama ini beliau dikenal sebagai pakar tafsir al-Qur’an, padahal beliau juga punya karya di bidang lainnya, salah satunya berjudul al-Bidayah wan Nihayah, sebuah kitab tentang sejarah yang cukup lengkap. Ini belum termasuk Kitab al-Fusul fi Shirah ar-Rasul. Kedua karya ini lebih dari cuku menempatkan dirinya sebagai ahli sejarah.

Di kalangan ilmuwan Muslim ada beberapa individu yang termasuk polymath, di antaranya:

  1. Ibnu Sina (Avicena) (980-1037). Ibnu Sina adalah seorang cendekiawan Persia yang dianggap sebagai salah satu polymath paling penting dalam sejarah Islam. Dia adalah seorang filsuf, dokter, ilmuwan, matematikawan, dan penyair. Karyanya yang paling terkenal yang melambungkan namanya adalah Kitab al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine), yang menjadi referensi utama dalam kedokteran di dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad.
  2. Ibnu al-Haitham (965-1040). Di Barat Ibnu al-Haitham dikenal sebagai Alhazen. Ia adalah seorang ilmuwan dan polymath Muslim yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk optik, matematika, astronomi, ilmu alam, dan filsafat. Karyanya Kitab al-Manazir (Book of Optics) merupakan salah satu karya paling penting dalam sejarah optik. Ia melakukan penelitian dalam pembiasan cahaya, pantulan, dan pembentukan gambar, yang berdampak pada pemahaman modern tentang optik.
  3. Al-Farabi (872-950). Al-Farabi adalah seorang filsuf dan ilmuwan yang memiliki kontribusi dalam bidang filsafat, politik, musik, dan logika. Polymath ini juga dikenal sebagai Alpharabius dalam budaya Barat. Salah satu karyanya yang terkenal adalah al-Madina al-Fadilah (The Virtuous City), yang membahas konsep-konsep politik dan sosial.
  4. Ibnu Rusyd (Averroes) (1126-1198). Ibnu Rusyd atau Averroes dalam tradisi Barat adalah seorang filosof dan cendekiawan yang berfokus pada hubungan antara filsafat dan agama. Dia juga berkontribusi dalam bidang kedokteran, hukum, dan astronomi. Karyanya mempengaruhi pemikiran Barat melalui karya-karya terjemahan dan interpretasi yang memukau. Averroes juga dikenal karena interpretasinya terhadap filsafat Aristoteles dan upayanya untuk merangkum filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Islam.
  5. Al-Biruni (973-1048). Al-Biruni adalah seorang cendekiawan Persia yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk astronomi, matematika, geografi, antropologi, dan farmasi. Karyanya yang terkenal mencakup Kitab al-Qanun al-Masudi yang membahas tentang astronomi dan matematika.
  6. Al-Kindi (801-873). Al-Kindi adalah seorang filsuf dan ilmuwan Arab yang memiliki kontribusi dalam matematika, musik, optik, dan kimia. Di Barat polymath ini dikenal sebagai Alkindus. Ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Arab. Ini karena ia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam menerjemahkan banyak karya filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab sekaligus menggabungkan elemen filsafat Yunani itu dengan pemikiran Islam.
  7. Omar Khayyam (1048-1131). Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom, dan penyair asal Persia. Selain kontribusinya dalam matematika dan astronomi, dia ternyata lebih dikenal sebagai sastrawan besar Arab berkat puisi-puisinya yang mendalam dan filosofis.
  8. Ibnu Khaldun (1332-1406). Ibnu Khaldun adalah salah seorang sejarawan, ilmuwan sosial, ekonom, dan filosof Arab. Karyanya yang paling terkenal dari polymath Muslim ini adalah Muqaddimah (Introduction) yang membahas tentang sejarah, sosial, dan teori politik, serta menyajikan konsep-konsep penting dalam ilmu sosial.
  9. Nasir al-Din al-Tusi (1201-1274). Al-Tusi adalah seorang matematikawan, astronom, dan filsuf Persia. Karyanya dalam bidang trigonometri dan astronomi memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan hingga kini.
  10. Ibnu al-Nafis (1213-1288). Ibnu al-Nafis adalah seorang dokter dan ilmuwan yang memiliki kontribusi dalam bidang kedokteran dan ilmu anatomis. Ia dikenal karena deskripsinya tentang sirkulasi darah di tubuh manusia, yang mendahului pemahaman modern tentang sistem peredaran darah. Selain kontribusinya dalam kedokteran dan ilmu anatomis, Ibnu al-Nafis juga memiliki minat dalam matematika dan ilmu alam.
  11. Ibnu Sahl al-Israili (936-1007). Ibnu Sahl adalah seorang ilmuwan Persia yang berkontribusi dalam bidang optik, matematika, kimia, dan kedokteran. Polymath Muslim ini menyumbangkan teori refleksi dan pembiasan cahaya, yang juga dikenal sebagai Hukum Ibnu Sahl. Karyanya juga termasuk pembahasan tentang cermin cembung dan pembiasan kaca. Ia juga memiliki sumbangan dalam kimia dan kedokteran.
  12. Al-Jahiz (776-869). Al-Jahiz adalah seorang cendekiawan Arab yang menulis tentang berbagai topik yang menempatkan dirinya sebagao polymath seperti biologi, zoologi, teologi, dan linguistik. Karyanya Kitab al-Hayawan (Book of Animals) membahas berbagai aspek kehidupan hewan termasuk perilaku dan karakteristiknya. Ia juga mengeksplorasi konsep dalam linguistik dan menyelidiki hubungan antara bahasa dan pemikiran.
  13. Ibnu Hazm (994-1064). Ibnu Hazm adalah seorang polymath asal Andalusia yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk teologi, filsafat, sejarah, dan sastra. Karyanya yang paling terkenal adalah al-Muhalla yang membahas hukum Islam. Ia banyak menulis berbagai karya mengenai teologi dan filsafat, termasuk buku yang membahas perbandingan antara agama-agama. Karyanya dalam sastra juga dikenal, dan ia berkontribusi dalam membentuk gagasan tentang etika dan moral.



Share:

Sabtu, 19 Agustus 2023

MERDEKA BERLALU LINTAS DI HARI MERDEKA

 
Jum'at siang, 18 Agustus 2023, saat matahari terik menyilaukan mata, setiba di tikungan Ponpes al-Islahuddiny Kediri, saya harus melambatkan kendaraan. Bukan disengaja, tapi terpaksa. Satu lajur dari dua lajur jalan ini ditutup permanen untuk pengendara. Maka jadilah satu lajur harus dilalui oleh iringan kendaraan dari dua arah yang berbeda. Sudah pasti padat merayap. Jalan ini tidak terlalu lebar. Satu lajurnya paling cuman 3 meteran.

Saya berusaha memahami euforia kemerdekaan yang tengah dipertontonkan oleh iring-iringan karnaval anak sekolahan usia PAUD-TK di lajur sebelah. Mereka juga perlu didik sedini mungkin agar melek bahwa negerinya pernah dijajah oleh bangsa lain. Bukan sepuluh dua puluh tahun, melainkan ratusan tahun.

Yah, mungkin saya keliru mempertanyakan, kenapa mesti jalan umum yang selalu dijadikan sebagai ajang memamerkan euforia? Tidak adakah solusi lain, yang meski mungkin tidak win win solution, tapi setidakanya kita dapat menakar secara pasti bahwa mudaratnya sangatlah kecil. Saking kecilnya, sehingga tidak ada apa-apanya dibanding manfaat yang hendak disasar.

Kita perlu membuat simulasi kecil. Agar kita bisa berempati sedikit saja pada pengendara. Tujuan mereka jelas tidak satu. Sekarang bayangkan, salah satu dari iring-iringan kendaraan itu adalah mobil ambulance. Di dalamnya ada laki-laki tua, antara hidup dan mati, kritis sekali kondisinya, harus mendapatkan penanganan medis sesegara mungkin di Rumah Sakit Provinsi. Telat sedikit saja, nyawa taruhannya.

Pertanyaannya, dapatkah mobil ambulance itu menyibak kemacetan hingga bisa tiba di Rumah Sakit tujuan tepat sebelum laki-laki tua tadi mati mengenaskan.? Dalam kondisi jalan yang sempit, sisi jalan yang dipenuhi toko yang seakan menempel dengan jalan dan harus ditambah dengan tidak adanya area terbuka yang memadai, maka jawabannya hampir mustahil. Raungan serine ambulance hanya akan menambah pengap pengendara lain. Dan laki-laki tua itu bisa saja tidak mati karena penyakitnya, namun hampir dapat dipastikan ia akan segera mati kepanasan atau sebab lainnya.

Agustus 2023 ini, kita merayakan kemerdekaan negara kita yang ke-78. Namun cara-cara kita merayakannya tidak banyak berubah, itu-itu saja. Sebagian besarnya malah nirmanfaat. Cenderung merusak kenyamanan publik. Tidak produktif. Sudah saatnya kita berpikir lebih serius bagaimana merayakan HUT RI agar lebih bermakna dan bermartabat. Bukan sekadar karnaval baris berbaris yang tidak ada kaitannya dengan kemerdekaan. Agar merdeka bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga bagi orang lain. Agar merdeka mendatangkan manfaat bagi sesama, tanpa ada yang menangguk mudharat.

Dirgahayu negeriku.... Jayalah selalu. TERUS MELAJU UNTUK INDONESIA MAJU.


Share:

Jumat, 18 Agustus 2023

SEBERAPA PENTING MEMILIKI PERPUSTAAN KELUARGA?

 

Setahu saya, perpustakaan dalam sejarah manusia selalu dipandang sebagai barang mewah. Saking mewahnya tempat itu menjadi wilayah keramat yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang. Seakan membutuhkan ritual khusus untuk menjamahnya. Maka jadilah perpustakaan sama sepinya dengan kuburan. Angkernya juga sama, terlebih lagi dalam sebuah komunitas masyarakat yang tidak menghargai literasi.

Baca juga: Apa itu Literasi Digital?

Dalam sejarah, memang pernah ada masanya, perpustakaan menjadi tempat nongkrong yang asyik. Diskusi ilmiah menjadi budaya. Penulis diberi tempat yang terhormat. Para penyalin buku mendapatkan bayaran yang fantastis atas jasa-jasanya. Dan buku menjadi barang berharga dalam makna yang sebenarnya. Konon katanya, harga sebuah buku setimbangan emas. Jika berat buku 100 gram, maka ia akan dibayar dengan emas seberat 100 gram juga. Pada era kejayaan Islam, kekhalifahan Bani Abbasiyah pernah memiliki perpustakaan besar yang sangat terkenal bahkan hingga kini, Baitul Hikmah yang secara bahasa berarti rumah kebijaksanaan.

Namun naifnya, perpustakaan, terutama perpustakaan pribadi selama ini oleh orang-orang sekitar seakan haruslah merepresentasikan intelektualitas pemilikinya. Artinya, buku yang berjejer rapi di perpustakaan pribadi tadi harus dibaca, dipahami, dan mungkin juga diamalkan petuah-petuahnya oleh pemiliknya sendiri. Titik. Karena hanya dengan cara itulah intelektualitas dapat dipupuk.

Tuntutan semacam itu, terutama dalam hemat saya, terlalu berlebihan dan sangat membebani. Buku tetap saja buku. Setiap orang punya alasan sendiri-sendiri untuk mengoleksi buku. Bisa dengan niatan untuk diwariskan kepada anak cucu, dipajang di ruang keluarga atau mungkin untuk mempercantik ruang tamu. Atau mungkin yang paling sarkas, ikut serta membantu penulis dan penerbit buku agar tetap hidup di era disrupsi digital ini.

Pernyataan ini jika tidak dipahami dengan baik sangat mungkin menimbulkan kesalahpahaman. Sebab, secara zhahir terlihat ada kontradiksi antara ide bahwa perpustakaan yang sepi dengan keharusan memiliki perpustakaan meski tidak dibaca. Asumsi saya jelas, buku yang dibeli meski mungkin tidak dibaca habis, lebih dari cukup untuk menggabarkan orang tersebut cinta literasi. Sekiranya orang tersebut tidak punya budaya literasi yang kuat, mustahil rasanya ia kepikiran membeli buku, baik untuk diri sendiri terlebih lagi untuk orang lain.

Baca juga: Jejak Literasi di Indonesia

Kembali ke tema pokok pembicaraan, seberapa penting memiliki perpustakaan keluarga?

Dari urain ringkas di atas, sedikit banyak pertanyaan itu sudah terjawab. Perpustakaan itu penting. Buku itu penting. Membaca buku itu penting.

Pada Bagian Satu, halaman 1 di bawah judul Umberto Eco’s Antilibrary, Nassim Nicholas Taleb dalam buku The Black Swan menceritakan salah seorang tokoh penting dunia, Umberto Eco, yang memiliki koleksi buku pribadi hingga 30.000 judul.

Eco, kata Taleb, membagi pengunjung perpustakaan pribadinya menjadi dua kelompok, yakni satu kelompok yang bereaksi dengan berujar, “Wow! Signore professore dottore Eco,” yang kurang lebih maksudnya “hebat sekali perpustakaan yang Anda miliki! Berapa banyak di antara buku ini yang telah Anda baca?”

Sementara kelompok kedua adalah sekelompok orang, yang sayangnya jumlahnya sangat sedikit, yang sangat paham bahwa sebuah perpustakaan pribadi bukan aksesoris pelengkap untuk menaikkan suatu gengsi pemiliknya, melainkan instrumen untuk melakukan penelitian. Maka dalam hal ini, Taleb menekankan satu hal yang saya pribadi terpaksa sepakati bahwa “Buku-buku yang telah dibaca memiliki nilai yang jauh lebih rendah daripada buku-buku yang belum dibaca.” Pernyataan ini sebenarnya mengarah pada himbauan bahwa perpustakaan haruslah berisi sebanyak mungkin yang tidak kita ketahui sama seperti informasi mengenai keuangan, yang tidak harus kita kuasai seluruhnya, namun dapat kita ketahui saat diperlukan. Sekumpulan buku yang belum dibaca atau bahkan yang sama sekali tidak dibaca ini, oleh Taleb disebut sebagai antilibrary.

Nah, inilah biang masalahnya, kita cenderung memperlakukan pengetahuan kita sebagai hak milik pribadi yang harus selalu dilindungi dan dipertahankan walau bagaimana pun caranya. Pengetahuan ini seakan harus selalu mendiami wilayah otak-memori kita yang abstrak. Tidak boleh bocor. Tidak boleh merembes. Kita jadikan ia sangat ekslusif dalam makna yang negatif. Pengetahuan tak ubahnya seperti ornamen statis yang memungkinkan kita naik status ke posisi yang lebih terhormat. Yang semuanya adalah semu adanya.

Kita perlu mendesain diri kita sebagai antischolar, yakni sosok yang berkonsentrasi pada buku-buku yang belum dibaca sekaligus berusaha memperlakukan pengetahuan bukan sebagai harta karun pribadi atau hak milik pribadi yang ekslusif, atau bahkan sesuatu yang dipandang dapat meningkatkan harga diri.

Ilmu pengetahuan harus dibagiajarkan secara proaktif. Karenanya dalam agama kita mengenal satu ajaran yang sangat elegan tiada tara yang memungkinkan ilmu terus lestari, bahwa diriwayatkan,

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka akan diberikan untuknya di hari kiamat sebuah penutup mulut dari api neraka.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi, dan al-Hakim).

Share:

Minggu, 13 Agustus 2023

MENGUJI LITERASI DIGITAL ANDA: TES PENGETAHUAN TENTANG KEAMANAN CYBER DAN PRIVASI ONLINE

 

Di era digital yang semakin maju belakangan ini, keamanan cyber dan privasi online harus menjadi perhatian utama kita. Setiap kita pasti terhubung dengan dunia luar secara telanjang bulat, apa adanya, baik melalui Facebook, Instagram, Telegram, WhatsApp, Twitter, dan sebagainya. Untuk itu, kemampuan kita untuk melindungi diri sendiri dan informasi pribadi dalam lingkungan digital adalah aspek penting dari literasi digital.

Artikel ini akan membahas mengenai pentingnya menguji literasi digital Anda dalam hal keamanan cyber dan privasi online, serta memberikan tes pengetahuan untuk mengukur sejauh mana Anda telah memahami dan menerapkan konsep-konsep tersebut.

Baca juga: Jejak literasi di Indonesia

Mengapa Tes Pengetahuan tentang Keamanan Cyber dan Privasi Online Penting?
Kita harus memiliki pemahaman yang baik dan sempurna mengenai literasi digital. Salah sedikit saja, bukan hanya data pribadi kita yang dibajak orang lain, malah mungkin reputasi kita bisa hancur. Nah, itulah pentingnya kita perlu menguji atau mengetes pengetahuan dan pemahaman kita tentang keamanan syber dan privasi online. Ini perlu kita lakukan karena beberapa alasan, mencakup:

  1. Perlindungan Diri Sendiri: Tes ini membantu Anda mengidentifikasi sejauh mana Anda memiliki pemahaman tentang ancaman keamanan cyber dan sekaligus bagaimana melindungi diri dari serangan online.
  2. Peningkatan Kesadaran: Melalui tes ini, Anda dapat meningkatkan kesadaran terhadap risiko dan tindakan yang perlu diambil untuk menjaga keamanan dan privasi dalam kegiatan online.
  3. Penggunaan Teknologi yang Lebih Aman: Hasil tes ini akan membantu Anda mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih dalam penggunaan teknologi sehari-hari.


Tes Pengetahuan tentang Keamanan Cyber dan Privasi Online
Mari kita uji pengetahuan Anda dengan beberapa pertanyaan dasar tentang keamanan cyber dan privasi online. Berikan jawaban terbaik Anda untuk setiap pertanyaan ini:

1.    Apa yang dimaksud dengan "phishing" dalam konteks keamanan cyber?
        a)    Menggunakan kata sandi yang lemah
        b)    Meniru identitas organisasi atau individu untuk mendapatkan informasi sensitif
        c)    Memposting informasi pribadi secara terbuka di media sosial
2.    Apa pentingnya memiliki kata sandi yang kuat?
        a)    Agar mudah diingat
        b)    Untuk menghindari penggunaan internet
        c)    Untuk melindungi akun dari akses yang tidak sah
3.    Apa yang dimaksud dengan "cookie" dalam konteks online?
        a)    Makanan ringan favorit dalam dunia digital
        b)    Data kecil yang disimpan di perangkat Anda untuk melacak aktivitas online
        c)    Tindakan menghapus riwayat penelusuran
4.    Bagaimana Anda dapat mengenali situs web yang aman dan memiliki koneksi yang terenkripsi?
        a)    Dilihat dari tampilan visual situs web
        b)    Adanya ikon gembok atau "https://" pada URL
        c)    Berdasarkan banyaknya iklan yang ditampilkan
5.    Mengapa penting untuk menghindari berbagi informasi pribadi secara terbuka di media sosial?
        a)    Agar teman-teman tahu lebih banyak tentang Anda
        b)    Untuk melindungi privasi Anda dan menghindari potensi penyalahgunaan
        c)    Agar Anda bisa mendapatkan lebih banyak pengikut

Penilaian dan Jawaban:
Nah, setelah Anda menjawab lima pertanyaan dasar mengenai keamanan cyber dan privasi online di atas. Berikutnya, silakan cek jawaban Anda dengan panduan di bawah ini. Jika jawaban Anda benar semuanya, maka berbahagialan. Anda berarti tidak terlalu gaptep dan sedikit banyak paham dan sadar akan keamanan cyber dan privasi online. Namun jika sebagain besar jawaban Anda justru salah, maka waspadalah. Ini bukan soal pemahaman semata. Ini menyangkut pribadi Anda. Di masa yang akan datang bisa saja Anda akan menjadi korban kejahatan cyber.

  1. b) Meniru identitas organisasi atau individu untuk mendapatkan informasi sensitif
  2. c) Untuk melindungi akun dari akses yang tidak sah
  3. b) Data kecil yang disimpan di perangkat Anda untuk melacak aktivitas online
  4. b) Adanya ikon gembok atau "https://" pada URL
  5. b) Untuk melindungi privasi Anda dan menghindari potensi penyalahgunaan

Kesimpulan
Tes ini memberikan gambaran tentang sejauh mana Anda memahami konsep-konsep keamanan cyber dan privasi online. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda dapat mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dalam literasi digital Anda. Keamanan cyber dan privasi online adalah tanggung jawab bersama, dan dengan pengetahuan yang tepat, Anda dapat berpartisipasi secara aktif dalam melindungi diri sendiri dan masyarakat digital secara keseluruhan. Teruslah belajar dan meningkatkan literasi digital Anda agar dapat menavigasi dunia online dengan bijaksana dan aman.




Share:

neracabuku.blogspot.com

Kategori:

Labels