Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Agustus 2023

MENGUNGKAP PESONA POLYMATH MUSLIM: INSPIRASI DARI MASA LAMPAU

 

Apa itu Polymath 

Polymath adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani polymathēs, yang berarti berpengetahuan banyak. Polymath adalah seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam dan keterampilan yang luas dalam berbagai bidang ilmu, seperti sains, seni, humaniora, matematika, dan sebagainya. Mereka mampu berkontribusi dan berhasil dalam berbagai konteks dan tidak terbatas pada satu area spesifik.

Adakah Batasan Polymath?
Sejauh ini, tidak ada jumlah atau bidang ilmu tertentu yang secara pasti harus dikuasai untuk disebut sebagai polymath. Konsep polymath lebih mengacu pada kemampuan seseorang untuk memiliki pengetahuan mendalam dan keterampilan yang luas dalam berbagai bidang ilmu dan seni.

Seorang polymath biasanya memiliki pemahaman yang baik dalam beberapa bidang yang berbeda. Ini bisa mencakup ilmu pengetahuan, matematika, seni, sastra, musik, sejarah, filsafat, dan banyak lagi. Selain pengetahuan yang luas, polymath juga memiliki pemahaman mendalam dalam setidaknya satu atau dua bidang tertentu. Mereka bukan hanya sekadar mengenal konsep dasar, tetapi juga mampu memahami kompleksitas dan nuansa dari bidang tersebut. Selain itu, polymath seringkali memiliki kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang yang berbeda dan berpikir secara inovatif. Ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide baru yang mungkin tidak terlihat oleh ahli yang sangat terfokus pada satu bidang.

Baca juga: Seberapa penting memiliki perpustakaan keluarga?

Para Polymath Muslim
Dalam sejarah Islam, ada sejumlah tokoh yang memiliki kemampuan istimewa dalam berbagai bidang ilmu dan seni. Mereka dikenal sebagai polymath, individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas dalam banyak disiplin. Keberhasilan mereka dalam memadukan pengetahuan lintas bidang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan pemikiran di dunia Islam.

Para polymath Muslim telah memberikan sumbangan penting terhadap perkembangan pengetahuan dan budaya dalam Islam khususnya, dan dunia secara umum. Keberhasilan mereka dalam menggabungkan keahlian lintas bidang menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Dari Ibnu Sina hingga Al-Jahiz, mereka mengajarkan pentingnya memandang ilmu sebagai satu kesatuan yang dapat memberikan wawasan mendalam tentang alam semesta dan manusia. Dengan menghargai warisan mereka, kita dapat terus terinspirasi untuk mengembangkan pengetahuan lintas disiplin dan berinovasi dalam berbagai bidang.

Para polymath ini tidak jarang atau bahkan mungkin selalu diidentikkan sebagai figur yang hanya menguasai satu bidang ilmu. Padahal sebetulnya mereka adalah spesialis-generalis atau generalis-spesialis. Artinya, mereka cukup pakar pada satu bidang ilmu tertentu, namun sebetulnya mereka juga pakar pada bidang-bidang lainnya. Atau mereka pakar pada bidang-bidang secara umum, namun mereka lebih pakar lagi pada suatu bidang yang khusus. Ibnu Sina misalnya, berkat al-qanun fi attib-nya, ia lebih populer sebagai seorang yang ahli di bidang kedokteran, padahal ia juga pakar pada bidang filsafat, matematika, dan astronomi.

Dalam rumpun bidang ilmu syar’i semua ulama pendiri mazhab, termasuk juga penyokong setelahnya, sebetulnya adalah polymath. Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Malik bin Anas dikenal sebagai pakar fikih dan pendiri mazhab fikih, padahal beliau berdua juga pakar pada bidang lainnya, seperti tafsir atau hadits misalnya. Imam Ahmad punya kitab khusus yang mengoleksi hadist-hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana sistematika penyusunanya unik, dalam sejarah dikenal dengan Musnad Imam Ahmad. Begitu juga dengan Imam Malik memiliki kitab hadits yang dikenal dengan al-Muwaththa’ yang kerap disejajarkan dengan kitab hadits yang ditulis oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim atau setidak-tidak penulis kitab sunan (ashabus sunan). Pada peroide berikutnya ada Imam Ibnu Katsir. Selama ini beliau dikenal sebagai pakar tafsir al-Qur’an, padahal beliau juga punya karya di bidang lainnya, salah satunya berjudul al-Bidayah wan Nihayah, sebuah kitab tentang sejarah yang cukup lengkap. Ini belum termasuk Kitab al-Fusul fi Shirah ar-Rasul. Kedua karya ini lebih dari cuku menempatkan dirinya sebagai ahli sejarah.

Di kalangan ilmuwan Muslim ada beberapa individu yang termasuk polymath, di antaranya:

  1. Ibnu Sina (Avicena) (980-1037). Ibnu Sina adalah seorang cendekiawan Persia yang dianggap sebagai salah satu polymath paling penting dalam sejarah Islam. Dia adalah seorang filsuf, dokter, ilmuwan, matematikawan, dan penyair. Karyanya yang paling terkenal yang melambungkan namanya adalah Kitab al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine), yang menjadi referensi utama dalam kedokteran di dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad.
  2. Ibnu al-Haitham (965-1040). Di Barat Ibnu al-Haitham dikenal sebagai Alhazen. Ia adalah seorang ilmuwan dan polymath Muslim yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk optik, matematika, astronomi, ilmu alam, dan filsafat. Karyanya Kitab al-Manazir (Book of Optics) merupakan salah satu karya paling penting dalam sejarah optik. Ia melakukan penelitian dalam pembiasan cahaya, pantulan, dan pembentukan gambar, yang berdampak pada pemahaman modern tentang optik.
  3. Al-Farabi (872-950). Al-Farabi adalah seorang filsuf dan ilmuwan yang memiliki kontribusi dalam bidang filsafat, politik, musik, dan logika. Polymath ini juga dikenal sebagai Alpharabius dalam budaya Barat. Salah satu karyanya yang terkenal adalah al-Madina al-Fadilah (The Virtuous City), yang membahas konsep-konsep politik dan sosial.
  4. Ibnu Rusyd (Averroes) (1126-1198). Ibnu Rusyd atau Averroes dalam tradisi Barat adalah seorang filosof dan cendekiawan yang berfokus pada hubungan antara filsafat dan agama. Dia juga berkontribusi dalam bidang kedokteran, hukum, dan astronomi. Karyanya mempengaruhi pemikiran Barat melalui karya-karya terjemahan dan interpretasi yang memukau. Averroes juga dikenal karena interpretasinya terhadap filsafat Aristoteles dan upayanya untuk merangkum filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Islam.
  5. Al-Biruni (973-1048). Al-Biruni adalah seorang cendekiawan Persia yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk astronomi, matematika, geografi, antropologi, dan farmasi. Karyanya yang terkenal mencakup Kitab al-Qanun al-Masudi yang membahas tentang astronomi dan matematika.
  6. Al-Kindi (801-873). Al-Kindi adalah seorang filsuf dan ilmuwan Arab yang memiliki kontribusi dalam matematika, musik, optik, dan kimia. Di Barat polymath ini dikenal sebagai Alkindus. Ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Arab. Ini karena ia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam menerjemahkan banyak karya filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab sekaligus menggabungkan elemen filsafat Yunani itu dengan pemikiran Islam.
  7. Omar Khayyam (1048-1131). Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom, dan penyair asal Persia. Selain kontribusinya dalam matematika dan astronomi, dia ternyata lebih dikenal sebagai sastrawan besar Arab berkat puisi-puisinya yang mendalam dan filosofis.
  8. Ibnu Khaldun (1332-1406). Ibnu Khaldun adalah salah seorang sejarawan, ilmuwan sosial, ekonom, dan filosof Arab. Karyanya yang paling terkenal dari polymath Muslim ini adalah Muqaddimah (Introduction) yang membahas tentang sejarah, sosial, dan teori politik, serta menyajikan konsep-konsep penting dalam ilmu sosial.
  9. Nasir al-Din al-Tusi (1201-1274). Al-Tusi adalah seorang matematikawan, astronom, dan filsuf Persia. Karyanya dalam bidang trigonometri dan astronomi memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan hingga kini.
  10. Ibnu al-Nafis (1213-1288). Ibnu al-Nafis adalah seorang dokter dan ilmuwan yang memiliki kontribusi dalam bidang kedokteran dan ilmu anatomis. Ia dikenal karena deskripsinya tentang sirkulasi darah di tubuh manusia, yang mendahului pemahaman modern tentang sistem peredaran darah. Selain kontribusinya dalam kedokteran dan ilmu anatomis, Ibnu al-Nafis juga memiliki minat dalam matematika dan ilmu alam.
  11. Ibnu Sahl al-Israili (936-1007). Ibnu Sahl adalah seorang ilmuwan Persia yang berkontribusi dalam bidang optik, matematika, kimia, dan kedokteran. Polymath Muslim ini menyumbangkan teori refleksi dan pembiasan cahaya, yang juga dikenal sebagai Hukum Ibnu Sahl. Karyanya juga termasuk pembahasan tentang cermin cembung dan pembiasan kaca. Ia juga memiliki sumbangan dalam kimia dan kedokteran.
  12. Al-Jahiz (776-869). Al-Jahiz adalah seorang cendekiawan Arab yang menulis tentang berbagai topik yang menempatkan dirinya sebagao polymath seperti biologi, zoologi, teologi, dan linguistik. Karyanya Kitab al-Hayawan (Book of Animals) membahas berbagai aspek kehidupan hewan termasuk perilaku dan karakteristiknya. Ia juga mengeksplorasi konsep dalam linguistik dan menyelidiki hubungan antara bahasa dan pemikiran.
  13. Ibnu Hazm (994-1064). Ibnu Hazm adalah seorang polymath asal Andalusia yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang termasuk teologi, filsafat, sejarah, dan sastra. Karyanya yang paling terkenal adalah al-Muhalla yang membahas hukum Islam. Ia banyak menulis berbagai karya mengenai teologi dan filsafat, termasuk buku yang membahas perbandingan antara agama-agama. Karyanya dalam sastra juga dikenal, dan ia berkontribusi dalam membentuk gagasan tentang etika dan moral.



Share:

Jumat, 18 Agustus 2023

SEBERAPA PENTING MEMILIKI PERPUSTAAN KELUARGA?

 

Setahu saya, perpustakaan dalam sejarah manusia selalu dipandang sebagai barang mewah. Saking mewahnya tempat itu menjadi wilayah keramat yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang. Seakan membutuhkan ritual khusus untuk menjamahnya. Maka jadilah perpustakaan sama sepinya dengan kuburan. Angkernya juga sama, terlebih lagi dalam sebuah komunitas masyarakat yang tidak menghargai literasi.

Baca juga: Apa itu Literasi Digital?

Dalam sejarah, memang pernah ada masanya, perpustakaan menjadi tempat nongkrong yang asyik. Diskusi ilmiah menjadi budaya. Penulis diberi tempat yang terhormat. Para penyalin buku mendapatkan bayaran yang fantastis atas jasa-jasanya. Dan buku menjadi barang berharga dalam makna yang sebenarnya. Konon katanya, harga sebuah buku setimbangan emas. Jika berat buku 100 gram, maka ia akan dibayar dengan emas seberat 100 gram juga. Pada era kejayaan Islam, kekhalifahan Bani Abbasiyah pernah memiliki perpustakaan besar yang sangat terkenal bahkan hingga kini, Baitul Hikmah yang secara bahasa berarti rumah kebijaksanaan.

Namun naifnya, perpustakaan, terutama perpustakaan pribadi selama ini oleh orang-orang sekitar seakan haruslah merepresentasikan intelektualitas pemilikinya. Artinya, buku yang berjejer rapi di perpustakaan pribadi tadi harus dibaca, dipahami, dan mungkin juga diamalkan petuah-petuahnya oleh pemiliknya sendiri. Titik. Karena hanya dengan cara itulah intelektualitas dapat dipupuk.

Tuntutan semacam itu, terutama dalam hemat saya, terlalu berlebihan dan sangat membebani. Buku tetap saja buku. Setiap orang punya alasan sendiri-sendiri untuk mengoleksi buku. Bisa dengan niatan untuk diwariskan kepada anak cucu, dipajang di ruang keluarga atau mungkin untuk mempercantik ruang tamu. Atau mungkin yang paling sarkas, ikut serta membantu penulis dan penerbit buku agar tetap hidup di era disrupsi digital ini.

Pernyataan ini jika tidak dipahami dengan baik sangat mungkin menimbulkan kesalahpahaman. Sebab, secara zhahir terlihat ada kontradiksi antara ide bahwa perpustakaan yang sepi dengan keharusan memiliki perpustakaan meski tidak dibaca. Asumsi saya jelas, buku yang dibeli meski mungkin tidak dibaca habis, lebih dari cukup untuk menggabarkan orang tersebut cinta literasi. Sekiranya orang tersebut tidak punya budaya literasi yang kuat, mustahil rasanya ia kepikiran membeli buku, baik untuk diri sendiri terlebih lagi untuk orang lain.

Baca juga: Jejak Literasi di Indonesia

Kembali ke tema pokok pembicaraan, seberapa penting memiliki perpustakaan keluarga?

Dari urain ringkas di atas, sedikit banyak pertanyaan itu sudah terjawab. Perpustakaan itu penting. Buku itu penting. Membaca buku itu penting.

Pada Bagian Satu, halaman 1 di bawah judul Umberto Eco’s Antilibrary, Nassim Nicholas Taleb dalam buku The Black Swan menceritakan salah seorang tokoh penting dunia, Umberto Eco, yang memiliki koleksi buku pribadi hingga 30.000 judul.

Eco, kata Taleb, membagi pengunjung perpustakaan pribadinya menjadi dua kelompok, yakni satu kelompok yang bereaksi dengan berujar, “Wow! Signore professore dottore Eco,” yang kurang lebih maksudnya “hebat sekali perpustakaan yang Anda miliki! Berapa banyak di antara buku ini yang telah Anda baca?”

Sementara kelompok kedua adalah sekelompok orang, yang sayangnya jumlahnya sangat sedikit, yang sangat paham bahwa sebuah perpustakaan pribadi bukan aksesoris pelengkap untuk menaikkan suatu gengsi pemiliknya, melainkan instrumen untuk melakukan penelitian. Maka dalam hal ini, Taleb menekankan satu hal yang saya pribadi terpaksa sepakati bahwa “Buku-buku yang telah dibaca memiliki nilai yang jauh lebih rendah daripada buku-buku yang belum dibaca.” Pernyataan ini sebenarnya mengarah pada himbauan bahwa perpustakaan haruslah berisi sebanyak mungkin yang tidak kita ketahui sama seperti informasi mengenai keuangan, yang tidak harus kita kuasai seluruhnya, namun dapat kita ketahui saat diperlukan. Sekumpulan buku yang belum dibaca atau bahkan yang sama sekali tidak dibaca ini, oleh Taleb disebut sebagai antilibrary.

Nah, inilah biang masalahnya, kita cenderung memperlakukan pengetahuan kita sebagai hak milik pribadi yang harus selalu dilindungi dan dipertahankan walau bagaimana pun caranya. Pengetahuan ini seakan harus selalu mendiami wilayah otak-memori kita yang abstrak. Tidak boleh bocor. Tidak boleh merembes. Kita jadikan ia sangat ekslusif dalam makna yang negatif. Pengetahuan tak ubahnya seperti ornamen statis yang memungkinkan kita naik status ke posisi yang lebih terhormat. Yang semuanya adalah semu adanya.

Kita perlu mendesain diri kita sebagai antischolar, yakni sosok yang berkonsentrasi pada buku-buku yang belum dibaca sekaligus berusaha memperlakukan pengetahuan bukan sebagai harta karun pribadi atau hak milik pribadi yang ekslusif, atau bahkan sesuatu yang dipandang dapat meningkatkan harga diri.

Ilmu pengetahuan harus dibagiajarkan secara proaktif. Karenanya dalam agama kita mengenal satu ajaran yang sangat elegan tiada tara yang memungkinkan ilmu terus lestari, bahwa diriwayatkan,

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka akan diberikan untuknya di hari kiamat sebuah penutup mulut dari api neraka.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi, dan al-Hakim).

Share:

Minggu, 13 Agustus 2023

APA ITU LITERASI DIGITAL?

 

Di era modern yang didominasi oleh teknologi, istilah literasi digital semakin sering terdengar. Namun, apakah Anda benar-benar memahami apa arti sebenarnya dari literasi digital?

Artikel ini akan menguraikan konsep literasi digital secara komprehensif, menjelaskan mengapa literasi digital penting, dan bagaimana membangun keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi Literasi Digital
Literasi digital terdiri dari dua kata, yakni literasi dan digital. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, literasi diartikan sebagai: kemampuan menulis dan membaca; pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertetu; kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup; dan penggunaan huruf untuk merepresentasikan bunyi atau kata. Kata digital sendiri dimaknai sebagai: berhubungan dengan angka-angka untuk menunjukkan informasi atau sistem perhitungan tertentu; dan berkaitan dengan atau menggunakan komputer atau internet/teknologi. Sedangkan saat kedua kata digabungkan maknanya menjadi kemampuan untuk memahami informasi berbasis komputer.

Tes pengetahuan digital Anda dengan KLIK DI SINI.


Pada prinsipnya, literasi digital mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan, memahami, dan berpartisipasi dalam lingkungan digital dengan efektif. Ini melibatkan sejumlah keterampilan dan pengetahuan yang meliputi:

  1. Penggunaan Teknologi: Kemampuan untuk menggunakan perangkat digital seperti komputer, smartphone, dan tablet, serta memahami berbagai aplikasi dan perangkat lunak yang digunakan dalam konteks sehari-hari.
  2. Pemahaman Informasi: Kemampuan untuk menilai, memahami, dan menafsirkan informasi yang ditemukan secara online. Ini mencakup kemampuan memilah informasi yang valid dan relevan dari berbagai sumber.
  3. Keamanan Cyber: Pemahaman tentang ancaman keamanan dalam dunia digital, termasuk bagaimana menghindari penipuan online, melindungi privasi data, dan menggunakan praktik keamanan cyber.
  4. Etika dan Tanggung Jawab: Kesadaran tentang etika dalam berkomunikasi dan berinteraksi di media sosial serta penggunaan sumber daya digital secara bertanggung jawab.
  5. Pengelolaan Informasi: Kemampuan untuk menyimpan, mengatur, dan berbagi informasi secara efektif melalui berbagai platform digital.


Pentingnya Literasi Digital
Literasi digital memiliki dampak yang luas dalam kehidupan sehari-hari kita dan masyarakat secara keseluruhan:

  1. Keamanan Pribadi: Dengan memahami ancaman keamanan online dan bagaimana menghindarinya, individu dapat melindungi informasi pribadi, finansial, dan identitas mereka dari penyalahgunaan.
  2. Kesejahteraan Emosional: Literasi digital membantu masyarakat mengenali risiko kesejahteraan mental seperti cyberbullying dan penggunaan media sosial yang berlebihan.
  3. Pendidikan dan Karir: Literasi digital penting dalam pembelajaran online, penelitian informasi, dan keterampilan teknologi yang diperlukan dalam banyak bidang pekerjaan.
  4. Partisipasi Sosial: Kemampuan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berpartisipasi dalam komunitas online semakin menjadi bagian integral dari interaksi sosial.
  5. Kemandirian: Literasi digital memberikan individu alat yang diperlukan untuk mengatasi tantangan teknologi dan mengambil manfaat maksimal dari dunia digital.

Baca juga: Jejak Literasi di Indonesia

Membangun Literasi Digital
Membangun literasi digital yang baik dan benar dapat ditempuh dengan berbagai cara dan penekanan pada aspek-aspek tertentu, seperti:

  1. Pendidikan dan Pelatihan: Sekolah dan lembaga pendidikan memainkan peran penting dalam membantu siswa memahami literasi digital. Mereka dapat menyediakan pelajaran yang fokus pada penggunaan teknologi, pemahaman informasi, dan etika online.
  2. Pengajaran Mandiri: Mengambil inisiatif untuk belajar tentang literasi digital melalui buku, sumber online, kursus, dan tutorial dapat membantu Anda memperkuat keterampilan Anda.
  3. Praktik Aktif: Terlibatlah dalam penggunaan teknologi sehari-hari dan berinteraksi di dunia digital dengan bijak. Penerapan praktik keamanan cyber dan etika online secara konsisten membantu membangun literasi digital.


Kesimpulan
Literasi digital bukan sekadar tentang kemampuan teknologi, tetapi juga tentang pemahaman yang mendalam tentang bagaimana beroperasi dan berinteraksi dalam dunia digital. Dengan mengembangkan literasi digital, individu dapat mengambil manfaat penuh dari teknologi modern sambil melindungi diri mereka dari risiko yang mungkin timbul. Dalam era di mana teknologi semakin meresap ke dalam setiap aspek kehidupan kita, literasi digital menjadi dasar yang penting untuk sukses dan kesejahteraan.


Share:

Sabtu, 12 Agustus 2023

JEJAK LITERASI DI INDONESIA DARI MASA KE MASA


Literasi, terutama dalam makna kemampuan membaca dan menulis, telah menjadi fondasi penting dalam perkembangan manusia dan masyarakat sepanjang sejarah. Sejak munculnya sistem tulisan untuk pertama kalinya, literasi telah mengalami perjalanan panjang yang mencakup berbagai peradaban dan perubahan sosial.

Artikel ini akan mengulas perjalanan sejarah literasi di Indonesia yang sebetulnya merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah literasi dunia. Karenanya, mengkaji sejarah literasi Indonesia akan menjadi sempurna jika diawali dengan mengulas terlebih dahulu sejarah literasi dunia.

Sebetulnya, jejak literasi di Indonesia mencerminkan dinamika budaya, sejarah, dan perkembangan sosial di Nusantara. Dari masa pra-tulisan hingga era digital, literasi telah menjadi fondasi penting dalam memajukan masyarakat dan mempertahankan warisan budaya Indonesia. Dengan upaya yang berkelanjutan, literasi akan terus menjadi komponen kunci dalam membentuk masa depan yang lebih cerah bagi bangsa Indonesia.

Mungkin Anda tertarik membaca: Dampak Teori Relativitas Einstein

 

SEJARAH AWAL LITERASI: DARI ERA PRA-TULISAN HINGGA ERA DIGITAL
Sebelum perkembangan sistem tulisan, manusia mengandalkan lisan untuk mentransmisikan pengetahuan dan cerita dari satu generasi ke generasi lainnya. Melalui tradisi lisan inilah, berbagai tradisi, mitos, dan pengetahuan praktis disampaikan secara verbal. Namun, seiring waktu, masyarakat mulai mencari cara yang lebih praktis untuk merekam informasi agar lebih permanen.

Kemunculan sistem tulisan menjadi titik balik dalam sejarah literasi. Sejauh dapat dilacak, peradaban Mesir Kuno, Sumeria, dan Mesopotamia mengembangkan bentuk tulisan awal menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan objek dan konsep. Pada perkembangan selanjutnya, sistem tulisan ini menjadi dasar bagi perkembangan alfabet yang lebih kompleks hingga masa kini.

Peradaban klasik seperti Yunani Kuno dan Romawi Kuno memiliki literasi yang berkembang pesat. Di Athena, pendidikan sangat ditekankan dan banyak warga kota yang memperoleh kemampuan membaca dan menulis. Sementara di Roma, literasi diperlukan untuk urusan-urusan yang lebih formal, yakni untuk kepentingan administrasi dan pemerintahan.

Pada Abad Pertengahan, literasi masih menjadi barang mewah. Itu sebabnya literasi pada periode ini terbatas pada kalangan rohaniwan dan elit. Namun, dengan penyebaran agama-agama besar seperti Kristen dan Islam, aksara dan literasi mulai menjangkau lebih banyak orang melalui ajaran agama dan lembaga pendidikan.

Abad ke-15 menjadi tonggak penting perkembangan literasi dunia. Pada era ini Johannes Gutenberg berhasil menciptakan mesin cetak bergerak yang memungkinkan produksi buku secara massal. Ini kemudian membuka akses lebih luas ke literasi dan pengetahuan, sekaligus merangsang berbagai inovasi intelektual di masa berikutnya.

Pada abad ke-19 dan ke-20, gerakan pendidikan universal dan wajib belajar mulai menyebar di berbagai negara. Pendidikan menjadi hak dasar yang diakui, dan literasi dengan sendirinya menjadi prioritas guna mendukung pembangunan sosial dan ekonomi.

Sementara dengan munculnya teknologi digital pada akhir abad ke-20, literasi berkembang dalam konteks yang lebih luas. Selain kemampuan membaca dan menulis, literasi digital juga mencakup keterampilan dalam penggunaan teknologi komunikasi dan informasi. Akses ke internet dan media sosial telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi dan keterampilan membaca pun ikut beradaptasi.

Meskipun tingkat literasi telah meningkat secara global, masih ada tantangan yang perlu diatasi, terutama di wilayah-wilayah yang kurang berkembang. Ketidaksetaraan gender, kurangnya akses pendidikan, dan perubahan dalam konsumsi informasi menjadi isu-isu yang relevan.

Sejarah literasi menggambarkan evolusi manusia dalam mentransmisikan pengetahuan dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari zaman lisan hingga era digital, literasi terus mengalami perkembangan yang signifikan, memainkan peran penting dalam pembentukan masyarakat dan perkembangan manusia.

Baca juga ulasan buku: Mindset Carol S. Dweck
 

SEJARAH LITERASI DI INDONESIA DARI MASA KE MASA
Sejarah literasi di Indonesia memiliki akar yang dalam dan kaya, meliputi perjalanan panjang dari masa pra-tulisan hingga revolusi teknologi informasi. Literasi, utamanya dalam makna kemampuan membaca dan menulis, telah memainkan peran penting dalam perkembangan budaya, pengetahuan, dan masyarakat di Nusantara.

Sebelum kedatangan sistem tulisan, masyarakat di Nusantara mengandalkan tradisi lisan dalam mentransmisikan pengetahuan, cerita rakyat, dan nilai-nilai budaya. Leluhur bangsa Indonesia menggunakan lisan untuk meneruskan mitos, legenda, dan pengetahuan praktis melalui generasi-generasi.

Pada abad ke-4 hingga ke-14 Masehi, Nusantara dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha dari India. Aksara Sanskerta diperkenalkan, dan kegiatan literasi mulai berkembang di kalangan rohaniwan dan elit. Prasasti-prasasti dan manuskrip menggambarkan catatan sejarah, agama, dan sastra pada masa ini.

Dalam perkembangan berikutnya, aksara Kawi, yang merupakan varian dari aksara Pallawa, digunakan untuk menulis naskah-naskah kuno seperti kakawin dan prasasti. Naskah-naskah ini menjadi bukti penting tentang kebudayaan dan bahasa yang berkembang di Nusantara.

Sementara pada masa kolonial, terutama saat pemerintahan Belanda, literasi mulai menyebar lebih luas melalui pendidikan yang diberikan oleh lembaga-lembaga gereja dan sekolah-sekolah Belanda. Hanya saja, pendidikan dan literasi pada masa ini terutama sekali ditekankan bagi kaum elit pribumi. Sementara bagi kaum proletar literasi masih menjadi mimpi manis yang tidak dapat digapai.

Pada awal abad ke-20, literasi memainkan peran penting dalam gerakan kebangkitan nasional. Pemimpin-pemimpin seperti Soekarno dan Hatta menggunakan tulisan sebagai alat untuk menyebarkan gagasan dan semangat nasionalisme. Kelak kita mengenal beberapa buku Karya Soekarno, seperti Di Bawah Jendela Revolusi Jilid 1 & 2; Indonesia Menggugat; Lahirnya Pancasila; dan Pancasila Sebagai Dasar Negara. Dari tangan Hatta sendiri lahir setidaknya 10 buku, di antaranya Keadilan Sosial dan Kemakmuran; Kebangsaan dan Kerakyatan; Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial; Kemerdekaan dan Demokrasi; dan agaknya yang cukup dikenang adalah buku Gearakan Koperasi dan Perekonomian Rakyat.

Pasca kemerdekaan literasi terus digalakkan. Bahkan pada periode ini, literasi menjadi fokus utama dalam pembangunan nasional. Program-program pendidikan nasional diimplementasikan untuk meningkatkan tingkat literasi di seluruh negeri, dengan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi bersama yang disepakati.

Memasuki era revolusi industri 5.0 literasi semakin berkembang sangat pesat. Dengan perkembangan teknologi informasi, era digital membawa perubahan besar dalam literasi di Indonesia. Internet, media sosial, dan teknologi komunikasi telah mengubah cara orang berinteraksi dengan informasi. Sementara literasi digital menjadi semakin penting, tantangan seperti ketidaksetaraan akses dan kebenaran informasi juga muncul.

Pada era ini kita mengenal suatu istilah yang disebut literasi digital. Dalam bidang teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, literasi digital kerap dikaitkan dengan kemampuan penggunanya.

Devri Suherdi melalui buku “Peran Literasi Digital di Masa Pandemik” mengartikan literasi digital sebagai pengetahuan dan kecakapan pengguna dalam memanfaatkan berbagai media digital, seperti misalnya alat komunikasi, jaringan internet dan sebagainya. Kecakapan pengguna dalam literasi digital ini mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat, termasuk juga memanfaatkannya dengan cerdas, bijak, cermat serta tepat sesuai dengan kegunaannya.

Pada 2022 Indeks literasi digital Indonesia mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal itu tampak dari hasil survei Status Literasi Digital Indonesia 2022 yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo dan Katadata Insight Center (KIC).

Pada 2020 Indonesia memperoleh skor 3,46 poin, kemudian pada tahun 2021 naik menjadi 3,49 poin (naik 0,03 poin) dan pada tahun 2022 naik lagi sebesar 0,05 poin dari 3,49 pada tahun sebelumnya menjadi 3,54 poin.

Skor tersebut mengisyaratkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia berada pada kategori sedang. Pengukuran ini dilakukan menggunakan empat pilar dasar, yakni keamanan digital (digital safety), kecakapan digital (digital skills), etika digital (digital ethics), dan budaya digital (digital culture).

Dari empat pilar tersebut, terdapat tiga pilar yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu pilar digital skill (dari 3,44 naik menjadi 3,52), pilar digital ethics (dari 3,53 naik menjadi 3,68), dan pilar digital safety (dari 3,10 naik menjadi 3,12). Sementara pilar digital culture mengalami penurunan dari 3,90 menjadi 3,84.

Share:

DAMPAK TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DI ABAD MODERN


PENDAHULUAN
Teori Relativitas, yang dirumuskan oleh fisikawan jenius Albert Einstein pada awal abad ke-20, merupakan salah satu pencapaian paling signifikan dalam sejarah ilmu fisika modern. Teori ini mengubah pandangan kita tentang ruang, waktu, dan gravitasi, serta membawa pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta. Artikel ini akan mengulas dengan lengkap Teori Relativitas Albert Einstein, mulai dari latar belakang historis, konsep dasar, hingga implikasi teori ini terhadap fisika dan pemahaman alam semesta dengan penekanan pada teori relativitas khusus dan umum.

Namun sebelum sampai pada pembahasan utama, ada baiknya kita berkenalan dengan si jenius Albert Einstein terlebih dahulu.

BIOGRAFI INTELEKTUAL ALBERT EINSTEIN

Albert Einstein, seorang ilmuwan terkemuka abad ke-20, lahir pada 14 Maret 1879 di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kekaisaran Jerman. Ia menjadi salah satu tokoh paling ikonik dalam sejarah sains, terutama berkat karya-karyanya yang merevolusi pemahaman kita tentang alam semesta, termasuk teori relativitas.

Masa Muda dan Pendidikan
Einstein menunjukkan kecerdasan yang luar biasa sejak usia dini. Meskipun ia agak lambat berbicara pada usia anak-anak, Einstein telah menunjukkan ketertarikan mendalam pada matematika dan fisika. Ia belajar secara otodidak dan mempelajari teori-teori fisika yang lebih canggih pada usia yang sangat muda.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Einstein masuk ke Swiss Federal Institute of Technology (ETH Zurich) pada tahun 1896. Ia awalnya diterima dengan syarat untuk mengambil kursus pra-kuliah, di mana ia membuktikan bakatnya dalam matematika dan fisika. Pada 1900, ia lulus dari ETH Zurich dengan gelar pengajar sekunder dalam bidang fisika dan matematika.

Terobosan Revolusioner
Pada tahun 1905, yang dikenal sebagai "tahun ajaib" bagi Einstein, ia menerbitkan empat makalah penting dalam jurnal ilmiah Annalen der Physik. Salah satunya adalah makalah tentang efek fotolistrik, yang memberikan kontribusi besar pada perkembangan teori kuantum. Namun, justru karya terbesar tahun itu adalah makalah tentang teori relativitas khusus, yang mengguncang dasar-dasar fisika dan memperkenalkan konsep-konsep seperti pemendekan panjang dan perluasan waktu.

Pada tahun 1915, Einstein menyempurnakan karyanya dengan mengembangkan Teori Relativitas Umum, yang menyajikan pandangan baru tentang gravitasi sebagai kelengkungan ruang-waktu. Teori ini menjadi tonggak besar dalam pemahaman kita tentang alam semesta dan menghasilkan prediksi-prediksi yang terbukti benar melalui pengamatan dan eksperimen.

Dampak dan Penghargaan
Karya-karya Einstein mengubah pandangan kita tentang ruang, waktu, gravitasi, dan alam semesta secara keseluruhan. Ia menginspirasi generasi ilmuwan dan menyumbang pada perkembangan teknologi modern. Pada tahun 1921, Einstein dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisika atas penjelasan fenomena efek fotolistrik.

Selain karyanya dalam fisika teoretis, Einstein juga aktif dalam politik dan perdamaian. Ia menjadi advokat anti-perang dan berusaha mendorong kerjasama internasional untuk menghindari konflik global.

Masa Tua dan Warisan
Einstein meninggalkan Jerman pada tahun 1933 karena meningkatnya pengaruh Nazi dan pindah ke Amerika Serikat. Ia menjadi profesor di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, di mana ia tetap bekerja hingga akhir hayatnya.

Albert Einstein wafat pada 18 April 1955 di Princeton pada usia 76 tahun. Meskipun telah tiada, warisannya tetap hidup melalui karya-karyanya yang mengubah pandangan kita tentang alam semesta dan menjadi inspirasi bagi para ilmuwan dan pemikir di seluruh dunia. Einstein tetap menjadi simbol pengetahuan, imajinasi, dan daya pikir manusia yang luar biasa.

Karya Albert Einstein
Berikut ini adalah beberapa karya besar Albert Einstein yang telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan fisika modern dan pemahaman kita tentang alam semesta, di antaranya:

  1. Artikel Tentang Efek Fotolistrik (1905). Artikel ini, yang berjudul On a Heuristic Point of View Concerning the Production and Transformation of Light (Pandangan Heuristik Mengenai Produksi dan Transformasi Cahaya), memperkenalkan konsep kuantum dan efek fotolistrik. Dalam buku ini Einstein menyatakan bahwa cahaya terdiri dari partikel diskret yang kemudian dikenal sebagai foton, dan ia menjelaskan bagaimana cahaya dapat menyebabkan pemancaran elektron dari permukaan logam, yang menjadi dasar bagi pemahaman modern tentang efek fotolistrik.
  2. Teori Relativitas Khusus (1905). Dalam makalah yang sama tahun 1905, Einstein merumuskan Teori Relativitas Khusus. Makalah ini, yang berjudul On the Electrodynamics of Moving Bodies (Tentang Elektrodinamika Benda Bergerak), mengubah pandangan tentang ruang dan waktu serta mengenalkan konsep massa bergerak. Teori ini membahas prinsip-prinsip dasar seperti prinsip relativitas dan kecepatan cahaya sebagai batas.
  3. Artikel Tentang Gerak Browning (1905). Artikel ini, yang berjudul Investigations on the Theory of the Brownian Movement (Penelitian tentang Teori Gerak Browning), menjelaskan gerak acak partikel-partikel kecil yang terapung di dalam cairan. Einstein menggunakan pendekatan statistik dan teori kinetik untuk menggambarkan fenomena ini, memberikan dukungan empiris bagi eksistensi atom.
  4. Artikel Tentang Energi Massa-Ekuivalen (1905). Dalam artikel lainnya pada tahun 1905 yang berjudul Does the Inertia of a Body Depend Upon Its Energy Content? (Apakah Inersia Suatu Benda Bergantung pada Isi Energi?), Einstein merumuskan persamaan ikonik yang sangat populer E = mc². Artikel ini menjelaskan bagaimana energi dan massa dapat berinteraksi dan saling terkait, menjadi dasar bagi pemahaman tentang reaksi nuklir dan potensi energi atom.
  5. Teori Relativitas Umum (1915). Dalam makalah The Foundation of the General Theory of Relativity (Dasar Teori Relativitas Umum), Einstein memaparkan konsep dasar Teori Relativitas Umum, yang membawa pandangan baru tentang gravitasi sebagai kelengkungan ruang-waktu. Teori ini menjelaskan gerakan benda-benda dalam medan gravitasi dengan lebih akurat daripada teori gravitasi Newtonian.
  6. Artikel Tentang Efek Fotoelektrik (1921). Einstein kembali mempublikasikan karyanya mengenai efek fotolistrik dalam artikel yang lebih rinci berjudul Elementary Theory of the Photoelectric Effect (Teori Dasar Efek Fotoelektrik). Artikel ini lebih mendalam mengenai hubungan antara intensitas cahaya dan jumlah elektron yang terlepas, serta memberikan landasan untuk pengembangan teori kuantum.
  7. Artikel Tentang Statistik Bose-Einstein (1924). Einstein berkontribusi dalam pengembangan mekanika statistik dan kuantum dengan mempelajari perilaku partikel-partikel yang tidak dapat dibedakan dalam suatu kumpulan. Ia memprediksi keberadaan agregat Bose-Einstein, yang terwujud dalam zat yang sekarang dikenal sebagai kondensat Bose-Einstein.

Baca juga: Revolusi Industri 5.0

 
LATAR BELAKANG HISTORIS TEORI RELATIVITAS
Sebelum Teori Relativitas, fisikawan meyakini bahwa waktu dan ruang adalah konsep absolut dan terpisah satu sama lain. Pada tahun 1905, Albert Einstein mempublikasikan makalahnya yang terkenal berjudul On the Electrodynamics of Moving Bodies (Tentang Elektrodinamika Benda Bergerak). Dalam makalah ini, Einstein memperkenalkan Teori Relativitas Khusus, yang mengubah pandangan masyarakat tentang hubungan antara ruang dan waktu serta memberikan dasar bagi teori relativitas lebih lanjut.

TEORI RELATIVITAS KHUSUS
Teori Relativitas Khusus adalah salah satu terobosan paling signifikan dalam sejarah ilmu fisika. Ditemukan oleh Albert Einstein pada tahun 1905, teori ini mengubah cara kita memahami hubungan antara ruang, waktu, dan gerakan. Dengan mengajukan gagasan bahwa hukum fisika harus konsisten di semua kerangka acuan inersia dan bahwa kecepatan cahaya adalah batas maksimal, Einstein merombak pandangan dunia ilmiah.

Latar Belakang
Sebelum Teori Relativitas Khusus, pandangan ilmu fisika didasarkan pada pemahaman Newton tentang ruang dan waktu yang absolut. Newton mengasumsikan bahwa waktu dan ruang adalah entitas yang terpisah dan universal, dan bahwa gerak adalah konsep absolut. Namun, dalam menjalani pemikiran eksperimen dan analisis matematika yang mendalam, Einstein meragukan asumsi-asumsi ini dan memulai perjalanan untuk merumuskan teori baru.
 

Prinsip-Prinsip Utama Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus didasarkan pada dua prinsip utama yang digagas oleh Einstein, yakni:

  1. Prinsip Relativitas: Hukum fisika harus konsisten di semua kerangka acuan inersia. Ini berarti bahwa hukum-hukum fisika yang berlaku di satu kerangka acuan juga harus berlaku di kerangka acuan lain yang bergerak relatif terhadapnya dengan kecepatan konstan.
  2. Kecepatan Cahaya sebagai Batas Maksimal: Tidak ada benda dengan massa yang dapat mencapai atau melebihi kecepatan cahaya di ruang hampa. Kecepatan cahaya dalam vakum adalah konstanta alam yang tidak dapat dilewati oleh benda apapun.


Konsep Pemendekan Panjang dan Perluasan Waktu
Salah satu konsep paling revolusioner dalam Teori Relativitas Khusus yang digagas oleh Einstein adalah pemendekan panjang dan perluasan waktu. Einstein menunjukkan bahwa benda yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya akan mengalami pemendekan panjang dalam arah geraknya. Selain itu, waktu akan berjalan lebih lambat bagi benda yang bergerak cepat relatif terhadap suatu pengamat diam. Konsep ini telah terbukti melalui eksperimen dan mengarah pada fenomena seperti "ledakan waktu" dalam penjelajahan ruang.

Persamaan E = mc²
Teori Relativitas Khusus juga menghasilkan persamaan ikonik E = mc², yang menggambarkan hubungan antara energi (E), massa (m), dan kecepatan cahaya (c). Persamaan ini menunjukkan bahwa energi dan massa memiliki hubungan yang dalam, dan ini telah menjadi dasar bagi pemahaman kita tentang energi nuklir dan fisi.

Implikasi dan Aplikasi Modern Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus memiliki dampak besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Fisika partikel, teknologi nuklir, dan astronomi semuanya mengandalkan pemahaman tentang relativitas khusus. Pada tingkat yang lebih luas, teori ini juga memberikan pandangan baru tentang aspek-aspek fundamental alam semesta dan menjelaskan fenomena seperti percepatan partikel di percepatan partikel dan fenomena relativistik lainnya.


Namun, penting untuk diingat bahwa Teori Relativitas Khusus hanya berlaku dalam kerangka acuan inersia (tidak ada percepatan). Untuk memahami gravitasi dan percepatan, Einstein mengembangkan Teori Relativitas Umum yang lebih luas.
Dalam kesimpulannya, Teori Relativitas Khusus merupakan tonggak penting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan telah mengubah pandangan kita tentang ruang, waktu, dan gerak. Dengan gagasan-gagasan revolusionernya, Einstein membuka pintu untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta yang terus berkembang hingga saat ini.

TEORI RELATIVITAS UMUM
Teori Relativitas Umum adalah salah satu pencapaian paling monumental dalam sejarah ilmu fisika. Ditemukan oleh Albert Einstein pada tahun 1915, teori ini mengubah pandangan kita tentang waktu, ruang, dan gravitasi. Dengan mengajukan gagasan bahwa massa dan energi membentuk geometri ruang-waktu, Einstein mengubah cara kita memahami alam semesta.

Latar Belakang Teori Relativitas Umum
Sebelum Teori Relativitas Umum, pandangan ilmu fisika didasarkan pada pandangan Newton tentang gravitasi. Menurut hukum gravitasi Newton, benda-benda menarik satu sama lain dengan gaya yang sebanding dengan massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara mereka. Namun, ketika Einstein mempertanyakan asumsi-asumsi ini, dia mengembangkan teori yang jauh lebih luas dalam cakupannya.

Prinsip-Prinsip Utama Teori Relativitas Umum

Teori Relativitas Umum didasarkan pada dua prinsip utama, yakni:

  1. Prinsip Kesetaraan Inersia dan Gravitasi. Einstein mengusulkan bahwa percepatan yang dialami oleh suatu benda dalam medan gravitasi tidak dapat dibedakan dari percepatan yang dialami benda tersebut karena gerakan inersia. Ini berarti bahwa gaya gravitasi sebenarnya merupakan hasil dari kelengkungan ruang-waktu di sekitar massa dan energi.
  2. Prinsip Kesetaraan Gravitasi dan Akselerasi. Teori Relativitas Umum juga mengajukan gagasan bahwa benda-benda jatuh bebas di dalam medan gravitasi mengikuti lintasan geodesik (terpendek) di ruang-waktu yang melengkung. Dalam hal ini, percepatan gravitasi yang kita lihat sebenarnya adalah hasil dari lintasan ini di dalam struktur ruang-waktu.


Konsep Geometri Ruang-Waktu
Salah satu konsep paling krusial dalam Teori Relativitas Umum adalah ide bahwa massa dan energi melengkungkan ruang-waktu itu sendiri. Ini berarti bahwa benda-benda besar seperti planet dan bintang mempengaruhi bentuk ruang-waktu di sekitarnya. Cahaya, yang biasanya bergerak dalam garis lurus, mengikuti lintasan melengkung di sekitar objek-objek bermassa besar ini. Konsep ini dikenal sebagai lensa gravitasi, dan efeknya telah diamati dan diukur dengan cermat.

Prediksi dan Uji Coba
Teori Relativitas Umum telah menghasilkan beberapa prediksi yang luar biasa, dan banyak di antaranya telah terbukti benar melalui pengamatan dan eksperimen. Beberapa contoh termasuk pergeseran merah cahaya bintang yang menjauh dari kita (Efek Doppler) dan pergeseran merah cahaya yang lebih besar pada benda-benda yang berada dalam medan gravitasi yang kuat (Efek Einstein).

Pada tahun 1919, selama gerhana matahari total, eksperimen yang dilakukan oleh Arthur Eddington memverifikasi Teori Relativitas Umum dengan mengamati pergeseran posisi bintang-bintang yang tampak di dekat matahari terhalang. Hasil dari eksperimen ini mendukung prediksi Einstein dan menjadikannya bintang dalam komunitas ilmiah.

Implikasi Modern Teori Relativitas Umum
Teori Relativitas Umum terus memainkan peran krusial dalam fisika modern. Konsep ini telah mempengaruhi teori-teori lain seperti kosmologi dan fisika partikel. Teori ini juga merupakan dasar penting dalam pemahaman kita tentang fenomena alam semesta seperti lubang hitam, gelombang gravitasi, dan ekspansi alam semesta.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang Teori Relativitas Umum, ilmuwan terus mencari cara untuk menggabungkan gravitasi dengan mekanika kuantum, menciptakan apa yang dikenal sebagai "gravitasi kuantum." Upaya ini terus menjadi tantangan besar dalam fisika modern.

Akhirnya perlu disimpulkan bahwa Teori Relativitas Umum adalah salah satu tonggak terpenting dalam sejarah ilmu pengetahuan. Konsep revolusioner ini mengubah pandangan kita tentang struktur alam semesta dan memberikan fondasi bagi pemahaman kita tentang gravitasi yang masih terus berkembang hingga hari ini.


Share:

Senin, 31 Juli 2023

KE MANA REVOLUSI INDUSTRI 5.0 MEMBAWA KITA?



Kini kita telah memasuki era revolusi teknologi yang menghentak. Segalanya berubah begitu cepat. Apa yang kita pikir mustahil lima enam tahun yang lalu kini menjadi hal yang lumrah. Apa yang terasa sulit lima enam tahun yang lalu kini terasa mudah. Mungkin juga berlaku sebaliknya. Semua sendi kehidupan kita berubah. Kebiasaan-kebiasaan kita berubah. Cara pandang kita terhadap diri dan selain diri kita berubah. Motivasi dan orientasi hidup kita juga ikutan berubah atau setidak-tidaknya menyesuaikan diri dengan kondisi. Begitu cepat dan masifnya perubahan-perubahan itu sampai-sampai sebagian kita merasa tidak relevan lagi.

CRYPTO CURRENCY

Sepuluh lima belas tahun yang lalu, kita hanya mengenal dua jenis mata uang, kertas dan logam. Jika ada bentuk lainnya pasti terkait dan tidak dapat dilepaskan dari keduanya. Uang digital misalnya, ia selalu terkait dengan dua jenis mata uang tersebut. Kita juga tahu bahwa kedua jenis mata uang tersebut diterbitkan, diedarkan, dan dikontrol secara terpusat oleh lembaga resmi negara. Swasta tidak diberikan ruang.

Namun di era revolusi industri 50. 0, sistem keuangan melahirkan revulusi blockchain, kita mengenal bentuk dan jenis mata uang lainnya. Kita menyebutnya dengan mata uang kripto (crypto currency). Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH) dan Dogecoin adalah contoh mata uang jenis ini.

Mata uang kripto sebetulnya adalah aset digital yang dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran menggunakan kriptografi yang kuat untuk mengamankan berbagai transaksi keuangan, mengontrol penciptaan unit tambahan, sekaligus memverifikasi transfer aset itu sendiri.

Sejauh ini, peredaran mata uang kripto tidak dikendalikan oleh suatu lembaga bank atau perusahaan tertentu, namun dengan server yang terpencar. Dengan begitu, sifat mata uang kripto adalah desentralisasi yang berarti tidak ada satu pun pihak yang menjadi perantara saat transaksi dilakukan. Ini sisi unik yang membedakannya dengan uang konvensional.

Mata uang kripto tidak berbentuk fisik seperti uang kertas atau logam dan letaknya ada di jejaring internet. Mata uang kripto disimpan dalam sebuah jaringan yang disebut jaringan blockchain. Blockchain bagi uang kripto adalah sistem yang mengatur dan mengelola data transaksi mata uang digital yang tidak dikelola oleh pihak ketiga seperti bank. Yang mengelolanya adalah penggunanya sendiri.

Baca juga: Seberapa Penting Memiliki Perpustakaan Keluarga


 

PERUBAHAN PARADIGMA VALUASI ASET

Era revolusi industri 5.0 ini juga ditandai dengan perubahan paradigma terhadap valuasi aset (asset valuation). Valuasi aset korporasi tidak hanya diukur dari seberapa banyak aset riel yang dimiliki. Dalam banyak kasus ia ditentukan oleh jejaring informasi yang dibentuk. Dan itu bisa saja tampak pada sebuah Apps yang dikembangkan. Pihak-pihak yang terlibat dalam jejaring tersebut sangat mungkin tidak saling kenal. Namun yang pasti mereka diikat oleh satu sistem yang sama. Konfigurasinya bisa jadi sangat dinamis.

GOTO, Perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia bisa kita jadikan contoh tentang perubahan dalam mengukur valuasi aset korporasi. Merujuk pada laporan keuangan per September 2022 saja, perusahaan ini memiliki total aset Rp 154,79 triliun. Nilai ini terdiri atas aset lancar sejumlah Rp 35,45 triliun dan aset tidak lancar mencapai Rp 119,33 triliun. Ini belum termasuk aset tak berwujud atau sering diistilahkan dengan goodwill yang mencapai Rp 93,83 triliun. GOTO yang kita tahu hanyalah sebuah Apps dengan aset riel yang kecil. Aset GOTO terletak pada ekosistem yang dibangun, semisal pengguna aktif yang berjumlah 55 jutaan orang, 9.287 karyawan, dan tak terkecuali Apps itu sendiri.

Bandingkan misalnya dengan PT PLN (Persero), perusahaan plat merah yang menjangkau sebagian besar Indonesia, beroperasi puluhan tahun, dan bisa dikatakan menjadi satu-satunya pemain di kelasnya. Ternyata total aset yang dimilikinya dibawah GOTO, kisarannya paling Rp 100-an triliun.

Bandingkan juga dengan Bluebird. Hingga kuartal pertama 2023, total asetnya baru mencapai angka Rp 7,05 triliun jauh dibawah aset GOTO. Padahal Bluebird beroperasi di 18 kota besar di Indonesia, didukung oleh 20 ribuan armada, 23 ribuan karyawan dan 54 depo yang tersebar secara nasional.
 

Baca juga: Menguak Pesona Polymath Muslim


BAGAIMANA DENGAN KEBUTUHAN DASAR KITA?
Sejauh ini, hingga memasuki era revolusi industri 5.0, belum ada kesepakatan mengenai definisi dan batasan kebutuhan dasar manusia. Biasanya kita mengaggap terpenuhinya sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan dasar manusia. Selebihnya adalah kemewahan. Dari sudut pandang biologis murni, setiap individu membutuhkan 1.500-2.500 kalori setiap harinya. Lebih dari itu termasuk kemewahan.

Di atas kemiskinan biologis itu, setiap kebudayaan dalam rentang sejarah telah menetapkan beberapa jenis kebutuhan lain ke dalam kebutuhan dasar manusia. Di Eropa abad pertengahan misalnya, akses ke Gereja dipandang lebih penting daripada makanan. Ini karena gereja mengurus jiwa yang abadi, alih-alih raga yang fana. Saat ini telah terjadi perubahan cara pandang akan kebutuhan dasar itu. Pendidikan dan layanan kesehatan yang layak dipandang sebagai kebutuhan dasar manusia.

Sementara merujuk pada teori hirarki kebutuhan yang digagas Abraham Maslow, setiap orang diasumsikan memiliki lima kebutuhan dasar yang membentuk hirarki, mulai dari tingkat yang paling bawah hingga tingkat paling atas, yakni mulai dari kebutuhan fisiologis (physiological needs), rasa aman (safety/security needs), sosial (social needs), harga diri (esteem needs), hingga kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs).

Maslow menegaskan satu hipotesis penting bahwa setelah seseorang memuaskan kebutuhan pada tingkatan yang paling bawah, maka secara otomatis orang tersebut akan berupaya memuaskan kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi. Namun jika pada tingkat tertinggi kebutuhan dasar tersebut ternyata tidak terpuaskan, maka orang dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang lebih rendah sebelumnya. Begitu seterusnya.

Lebih lanjut, Maslow mencatat bahwa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan yang saling terkait, yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) di satu sisi dan motivasi perkembangan (growth motivation) di sisi lainnya. Motivasi kekurangan (deficiency motivation) bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sementara motivasi pertumbuhan (growth motivation) didasarkan pada kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan alami dari setiap manusia.

Kebutuhan dasar adalah hal yang mesti terlebih dahulu dipenuhi agar manusia dapat bertahan hidup dan sekaligus melanjutkan hidupnya. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar dan sifatnya primordial. Kebutuhan jenis ini mencakup kebutuhan makan, minum, tidur, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya.

Di atas kebutuhan fisiologis ada kebutuhan akan rasa aman. Untuk melangkah ke tingkatan selanjutnya, setiap individu harus memenuhi kebutuhan pada tingkatan ini. Maslow menguraikan bahwa kebutuhan akan rasa aman meliputi rasa aman, baik secara fisik terlebih lagi secara emosional. Kebutuhan pada tingkatan ini sangat bergantung pada rentang usia individu tersebut.

Kebutuhan dasar manusia berikutnya adalah kebutuhan sosial. Yang masuk dalam kategori ini adalah rasa cinta, kasih sayang, serta hak kepemilikan. Di tingkat kebutuhan ini, seorang individu mutlak membutuhkan cinta, kasih sayang, dan memiliki hak kepemilikan terhadap suatu hal. Kecuali itu, seorang individu bisa juga mendapatkan kebutuhan pada tingkatan ini dengan jalan menjalin persahabatan dengan individu lainnya, membentuk ikatan keluarga, bersosialisasi dengan suatu kelompok tertentu, beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan termasuk juga dengan melebur diri dalam suatu lingkungan masyarakat.

Berikutnya adalah kebutuhan mendapatkan penghargaan. Bagi Maslow penghargaan itu ialah harga diri itu sendiri. Dalam ranah ini, setiap individu berhak mendapatkan harga diri mereka masing masing sebagaimana orang-orang pada umumnya. Harga diri dapat saja berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Dalam catatan Maslow, harga diri dibagi menjadi dua bagian integratif, yakni bentuk menghargai diri sendiri dan bentuk penghargaan yang diperoleh dari orang lain.

Kebutuhan yang paling akhir sekaligus yang paling tinggi adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Kebutuhan ini hanya dapat diraih apabila seorang individu berhasil memenuhi keempat kebutuhan dasar sebelumnya. Aktualisasi diri dapat dimaknai sebagai wujud sesungguhnya yang mencerminkan harapan serta keinginan seorang individu terhadap dirinya sendiri. Dalam pandangan Maslow, kebutuhan akan aktualisasi diri ini berperan signifikan sebagai kebutuhan seorang individu untuk memutuskan keinginan mereka sendiri.

Sepanjang hayatnya setiap individu pasti membutuhkan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mungkin terjadi pergeseran di sana sini. Saat ini, akses internet menjadi kebutuhan dasar manusia mengalahkan kebutuhan dasar lainnya. Orang akan merasa aman dan nyaman meski tidak memiliki beras pada suatu hari, namun justru ia akan merasa kurang nyaman jika sehari saja tanpa akses internet. Orang bisa saja bersedia melakukan perjalanan walau tanpa membawa dompet yang penuh berisi uang, namun ia akan merasa resah dan kehilangan jika terlupa membawa gawai cerdasnya.

Di masa sebelumnya, kebutuhan dasar yang berkenaan dengan pendidikan terbatas pada keterampilan membaca dan menulis. Saat ini, kebutuhan itu bisa bertambah menjadi kemampuan menulis kode komputer, membuat konten You Yube, Tik Tok, mengoperasikan kamera digital, dan sebagainya.

Di bidang kesehatan, kebutuhan dasar juga bisa bergeser dari sekedar mendapatkan layanan kesehatan yang layak ke bentuk layanan yang lebih tinggi semisal operasi plastik atau bentuk-bentuk rekayasa biologis yang lebih canggih lainnya.




KITA HIDUP DI PERTEMUAN DUA REVOLUSI AKBAR
Pada masa revolusi industri 5.0 ini, secara spesifik kita berada pada pertemuan dua revolusi akbar yang mencengangkan, yakni revolusi teknologi informasi dan bioteknologi. Di satu sisi, para ahli biologi berupaya mengungkap misteri tubuh kita, khususnya otak dan perasaan kita. Dan pada waktu bersamaan, ahli-ahli komputer memberi kita daya pengolahan data yang belum pernah ada sebelumnya.

Saat revolusi bioteknologi berpadu dengan revolusi teknologi informasi, maka perpaduan itu akan menghasilkan algoritma mahadata yang dapat memantau dan memahami perasaan kita, yang harus kita terima, ternyata lebih baik daripada kita sendiri. Oleh karenanya, otoritas sangat mungkin akan bergeser dari manusia ke komputer.

Di bidang kedokteran ini sudah terjadi, di mana keputusan-keputusan medis paling penting dalam hidup kita tidak lagi didasarkan pada rasa sakit atau sehat atau bahkan diagnosa dokter, melainkan pada perhitungan komputer yang memahami tubuh kita lebih baik daripada kita sendiri. Dalam beberapa dasawarsa ke depan, algoritma mahadata yang menerima aliran data biometrik terus-menerus dapat memantau kesehatan kita sepanjang 24 jam dalam seminggu. Algoritma dapat mendeteksi sejak dini awal penyakit influenza, kanker, atau alzheimer jauh sebelum kita merasa ada yang yang salah dengan tubuh kita. Berikutnya, algoritma dapat menyarankan penanganan yang tepat, diet dan rutinitas harian yang disesuaikan dengan fisik, DNA, dan kepribadian kita yang unik.

Bahkan lebih dari itu, revolusi ganda di bidang teknologi informasi dan bioteknologi dapat merombak tidak hanya ekonomi dan masyarakat, melainkan juga jiwa dan raga kita. Di masa sebelumnya, manusia telah mempelajari secara seksama bagaimana mengendalikan dunia di luar dirinya, namun sedikit sekali yang memiliki kendali atas dunia di dalam dirinya sendiri. Sejauh ini kita tahu bagaimana membangun gedung pencakar langit atau membendung aliran sungai, akan tetapi kita tidak tahu bagaimana menghentikan penuaan pada tubuh kita. Kta tahu bagaimana merancang sistem irigasi, tetapi kita malah tidak tahu bagaimana merancang otak. Jika sesekor nyamuk mengganggu tidur kita misalnya, kita tahu bagaimana membunuh nyamuk itu. Namun anehnya saat kita tidak bisa tidur karena pikiran, kita justru tidak tahu bagaimana menghentikan pikiran itu.

Dan kini, selangkah lagi, revolusi di bidang bioteknologi dan teknologi informasi akan memberikan kita kendali, meski belum sepenuhnya, atas dunia di dalam diri kita sendiri sekaligus memungkinkan kita untuk merekayasa dan memfabrikasi kehidupan. Kita akan belajar bagaimana merancang otak, memperpanjang usia, dan membunuh pemikiran semau kita.

Di masa yang akan datang, bioteknologi dan teknologi informasi akan memberi kita kemampuan untuk memanipulasi dunia di dalam diri kita dan sekaligus membentuk kembali diri kita. Namun, karena kita tidak memahami dengan baik kompleksitas pikiran kita sendiri, perubahan yang kita buat boleh jadi justru akan mengacaukan sistem mental kita sedemikian rupa sehingga pikiran kita juga tidak dapat berfungsi lagi. Ini problem peliknya.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE VERSUS KECERDASAN MANUSIA

Tantangan lain yang dihadapi manusia pada era revolusi industri 5.0 berikutnya adalah bersaing dengan mesin dalam memperebutkan lapangan kerja. Mesin sebetulnya bukan barang baru. Ia sudah hadir meringankan berbagai beban pekerjaan manusia. Mesin mengambil beberapa pekerjaan berat yang relatif sulit dikerjakan manusia. Namun ke depan mesin akan bekerja jauh berbeda dengan masa sebelumnya.

Selama ini, terutama sejak awal revolusi industri, untuk setiap pekerjaan yang hilang karena kehadiran mesin, setidaknya tercipta minimal satu pekerjaan baru. Dan ini berdampak pada standar hidup rata-rata yang meningkat secara dramatis. Namun, ada juga alasan-alasan yang masuk akal yang menunjukkan fakta lain bahwa kali ini situasinya berbeda jauh, dan pembelajaran mesin akan benar-benar menjadi pengubah peta permainan.

Para ahli telah memetakan dua tipe kemampuan unik yang dimiliki manusia, yakni fisik dan kognitif. Di masa sebelumnya, mesin bersaing dengan manusia semata-mata dalam hal kemampuan fisik. Sedang dalam hal kognisi manusia tetap lebih unggul daripada mesin. Itu sebabnya, selagi pekerjaan kasar di bidang pertanian dan industri diautomatisasi, maka dengan sendirinya akan muncul pekerjaan dan jasa baru yang membutuhkan jenis kemampuan kognitif yang hanya dimiliki oleh manusia berupa: mempelajari, menganalisis, mengomunikasikan, dan tentu saja yang paling unggul adalah memahami emosi manusia. Namun saat ini, kecerdasan buatan (artificial intelligence) mulai melampaui manusia dalam beragam keahlian, termasuk dalam memahami emosi manusia. Kita tidak tahu apakah ada bidang kegiatan ketiga, selain fisik dan kognisi, di mana manusia akan selalu memiliki keunggulan yang pasti atas mesin.

Perlu digarisbawahi bahwa revolusi kecerdasan buatan bukan sekedar komputer lebih cepat dan pintar. Revolusi itu digerakkan oleh terobosan-terobosan dalam ilmu hayati dan juga ilmu sosial. Semakin baik kita memahami mekanisme biokimia yang mendasari emosi, hasrat, dan pilihan manusia, maka semakin baik pula komputer dalam menganalisis perilaku manusia, memprediksi keputusan manusia, serta menggantikan pengemudi, bankir, dan pengacara.

Satu catatan menarik bahwa segala pilihan kita, mulai dari urusan makanan sampai pasangan, konon bukanlah hasil dari kehendak bebas yang misterius, melainkan hasil dari miliaran sel-sel saraf yang menghitung probabilitas dalam sekejap. Intuisi manusia sebetulnya merupakan pengenalan pola-pola tertentu. Sopir, bankir, dan pengacara hebat tidak memiliki intuisi ajaib mengenai lalu lintas, investasi, atau negosiasi. Dengan mengenali pola-pola berulang, mereka melihat dan mencoba menghindari pejalan kaki yang ceroboh, peminjam uang yang payah, dan penipu yang licik. Faktanya, algoritma biokimia otak kita juga jauh dari kata sempurna. Apa yang kita andalkan sebetulnya adalah heuristik, jalan pintas, dan sirkuit kadaluarsa yang beradaptasi dengan berbagai keadaan.

Jadi, bila emosi dan hasrat hanyalah algoritma biokimia, maka tidak ada alasan bagi komputer untuk tidak mengetahui rahasia algoritmanya, untuk selanjutnya melakukannya jauh lebih baik daripada manusia.

Sopir yang memperkirakan pergerakan pejalan kaki, bankir yang mengukur kredibilitas calon debitur, dan pengacara yang menebak suasana di meja perundingan, mereka sama sekali tidak mengandalkan sihir. Tanpa mereka sadari, sebetulnya otak mereka mengenali pola-pola biokimia dengan menganalisis ekspresi wajah, nada suara, gerak tangan, bahkan bau badan. Kecerdasan buatan yang dilengkapi sensor-sensor yang tepat dapat melakukan semua itu jauh lebih akurat dan andal daripada manusia.

Kecerdasan buatan bukan hanya siap meretas manusia dan mengalahkannya dalam hal-hal yang sebelumnya dianggap sebagai keahlian khas manusia. Kecerdasan buatan juga memiliki kemampuan khas yang bersifat non-manusia; yang kemudian membuat perbedaan yang mencolok antara kecerdasan buatan dan kerja manusia adaah soal jenisnya, bukan semata-mata kadarnya. Dua kemampuan penting non-manusia yang dimiliki oleh kecerdasan buatan adalah konektivitas dan kemampuan memperbaharui.

Karena bersifat individual, sulit untuk menghubungkan antara satu manusia dengan yang lainnya sembari memastikan bahwa semuanya tahu keadaan terkini. Sementara itu, komputer bukanlah individu dan karenanya lebih mudah mengintegrasikannya ke dalam satu jaringan yang fleksibel. Jadi, yang kita hadapi bukanlah penggantian jutaan individu pekerja manusia oleh jutaan individu robot dan komputer. Individu-individu manusia sangat mungkin digantikan oleh satu jaringan yang terintegrasi. Karenanya, ketika mempertimbangkan automasi, sangat keliru bila kita justru membandingkan kemampuan seorang supir dengan satu mobil swakemudi (self driving car) atau seorang dokter manusia dengan satu dokter kecerdasan buatan. Kita justru harus membandingkan kemampuan sekumpulan individu manusia dan kemampuan satu jaringan yang terintegrasi.



APAKAH MANUSIA AKAN SEGERA KEHILANGAN PEKERJAAN?

Meski banyak pekerjaan tradisional dalam segala bidang, mulai dari bidang seni hingga layanan kesehatan akan hilang tidak lama lagi. Namun kabar baiknya, semua itu akan segera diimbangi dengan penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi manusia. Dokter umum yang memusatkan perhatiannya dalam mendiagnosis penyakit umum dan memberi penanganan standar barangkali akan tergantikan oleh dokter kecerdasan buatan. Namun justru, karena itulah, akan jauh lebih banyak uang yang dibutuhkan untuk membayar dokter manusia dan asisten laboratorium untuk melakukan riset dan mengembangkan obat atau prosedur bedah baru.

Kecerdasan buatan boleh jadi membantu menciptakan pekerjaan baru untuk manusia dengan cara lain. Alih-alih bersaing dengan kecerdasan buatan, manusia bisa lebih fokus dalam membantu dan meningkatkan kecerdasan buatan. Namun, masalahnya, semua pekerjaan baru tersebut menuntut keahlian yang tinggi dan karenanya tidak akan menyelesaikan masalah pengangguran pada semua kondisi. Tenaga kerja tanpa keahlian akan hilang dengan sendirinya.

Disarikan dari beberapa bab Buku 21 Lessons for the 21st Century karya Yuval Noah Harari.


Share:

MASALAH DAN PENYELESAIANNYA


Berbeda dengan paham/aliran empirisme yang mengandalkan persepsi indrawi atau pengamatan indrawi sebagai titik awal perkembangan sains, Karl R. Popper dalam buku All Life is Problem Solving justru menekankan bahwa sains, baik itu ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial selalu bermula dari suatu masalah. Masalah ini kemudian dicoba dicarikan berbagai solusi penyelesaian yang relevan dan efektif. Solusi penyelesaian yang dicoba bisa saja tunggal bisa juga beragam. Pada tahap ini trial and error dijalani. Jika solusi penyelesaian yang dicoba tidak punya alternatif lain dan dipandang relevan dan efektif, maka masalah dipandang telah menemukan jalan keluarnya. Namun jika solusi penyelesaian yang dicoba ternyata beragam, maka tahap berikutnya adalah eliminasi atau penghapusan solusi yang tidak berhasil. Atau mugkin saja berhasil namun dipandang tidak efektif dan efesien dibanding solusi lain yang serupa. Sehingga perlu dilakukan eliminasi atau penghapusan yang tidak berhasil.

Baca juga: Menguji Literasi Digital Anda

Ringkasnya, Karl R. Popper sebetulnya hendak menegaskan bahwa belajar melalui trial and error selalu melalui tiga tahap yang ia sebut model tiga tahap, yakni:
1. The problem
2. The attempted solutions, dan
3. The elimination.

Model tiga tahap Karl R. Popper tersebut akan dilihat secara berbeda pada uraian ringkas berikut ini.

Terlepas dari silang pendapat mengenai asal muasal sains di kalangan ahli, namun asumsi bahwa segala sesuatu bermula dari masalah lebih logis dan sesuai dengan fakta yang ada. Dan memang manusia sepanjang sejarahnya selalu berkutat dengan masalah dan masalah, baik saat berhadapan dengan dirinya sendiri maupun dengan hal-hal di luar dirinya. Di sini sangat mungkin berlaku relativitas. Masalah bagi seseorang bisa jadi bagi orang lainnya bukan masalah. Yang dipandang masalah berat bagi seseorang boleh jadi bagi orang lain justru dipandang masalah yang ringan. Begitu juga sebaliknya.

Berpikir bahwa manusia terkotak-kotak secara absolut menjadi orang-orang yang selalu menghadapi masalah bertubi-tubi dan orang-orang yang hidupnya selalu berada pada zona nyaman (comfort zone) jelas merupakan kekeliruan. Faktanya, manusia tidak terkotak-kota secara absolut pada orang yang selalu bahagia dan orang-orang yang selalu susah atau orang-orang yang selalu sedih di satu sisi dan orang-orang yang selalu bahagia di sisi lainnya.

Setiap orang pasti berhadapan dengan berbagai masalah. Suka atau tidak suka. Siap atau tidak siap. Di kala lain ia akan masuk zona nyaman.

Masalah yang dihadapi oleh seseorang berbanding lurus dengan beban tanggungjawabnya. Jika tanggungjawab yang dipikul kecil, maka masalah yang dihadapi juga kecil. Jika skup tanggungjawabnya terbatas pada teritori tertentu, maka secara otomatis skup masalah yang dihadapi juga terbatas pada teritori itu. Intinya, seperti firman Allah SWT. dalam QS. al-Isra’ (17): 84, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Tidak ada orang yang dibebani lebih dari kapasitas dirinya. Inilah yang kita pahami dari firman Allah SWT., “Allah tidak membebani seseorang dengan suatu masalah melainkan yang sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. al-Baqarah (2): 286).


Baca juga: Menguak Pesona Polymath Muslim


Jadi, apa pun masalah yang dihadapi selalu memiliki jalan keluarnya sendiri-sendiri. Tidak ada masalah yang yang tidak memiliki jalan keluar atau solusi. Tidak ada istilah jalan buntu. Jika ada masalah, maka pasti ada jalan penyelesaiannya. Masalah dan solusi adalah saudara kembar. Itu sebabnya seseorang hanya perlu mencoba berbagai jalan penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Ia tidak boleh pasrah dan berpangku tangan. Ia harus proaktif. Karena memang all life is problem solving.

Oleh: Rusdan, bukan siapa-siapa

Share:

CARA CEPAT KAYA, INI RAHASIANYA

 

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW. bersabda, “Kaya bukanlah banyaknya harta benda yang dimiliki, akan tetapi kaya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari-Muslim).

 

Umumnya kita keliru memahami kaya (rich) dan memiliki kekayaan (wealthy). Dua istilah yang cukup familiar sebetulnya. Namun itu tidak menjamin kita dapat mendudukkan kedua istilah tersebut secara benar. Celakanya kita malah memandang keduanya sama. Padahal ini bukan soal semantik semata. Morgan Housel melalui buku The Psychology of Money mengingatkan bahwa kesalahan memaknai perbedaan keduanya menjadi sumber utama keputusan yang buruk terkait uang.

Kaya (rich) merujuk ke pendapatan sekarang. Saat ini. Seseorang yang mengendarai mobil mewah seharga miliaran rupiah sudah pasti orang kaya, bahkan ketika ia membelinya dengan cara berutang. Tentu saja diperlukan tingkatan pendapatan tertentu agar bisa menanggung cicilan bulanan yang nominalnya tidak sedikit. Ini tidak mudah bagi kebanyakan orang. Begitu juga dengan orang yang memiliki rumah mewah, lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung kemewahannya, perhiasan mewah, out fit branded yang harganya tidak jarang di luar nalar. Dalam ukuran manapun ia telah masuk circle orang kaya.

Namun kekayaan (wealthy) soal lain. Ia tersembunyi. Tidak terlihat. Ibarat harta karun, kekayaan adalah pendapatan yang tidak dibelanjakan. Kekayaan adalah pilihan yang belum diambil untuk membeli sesuatu kelak di masa yang akan datang. Nilainya berada di pemberian pilihan, keleluasaan, dan pertumbuhan agar kelak bisa membeli lebih banyak barang daripada yang dapat dibeli sekarang. Kekayaan adalah kenikmatan yang ditunda saat ini demi masa yang akan datang yang tidak menentu.

Kekayaan adalah mobil mewah yang tidak dibeli, intan berlian yang tidak dibeli, arloji super mahal yang tak dikenakan dipergelangan, pakaian branded yang tak dipakai, penerbangan kelas satu yang tidak dinaiki, rumah mewah yang tak ditempati, rekreasi ke luar negeri yang tidak dilakoni dan seterusnya. Kekayaan adalah aset finansial yang belum diubah menjadi barang dan mungkin juga jasa yang bisa dilihat.

Jadi, satu-satunya cara memiliki kekayaan adalah dengan jalan tidak membelanjakan uang yang kita miliki saat ini. Terlebih untuk hal-hal yang tidak penting. Belanja tidak terlarang, tapi harus memperhatikan skala prioritas dan segi kemendesakannya.

Maka, kekayaan adalah kombinasi sinergis antara hemat dan paranoid. Jika gaya hidup hemat sukar dibudayakan, setidaknya kita mesti paranoid dengan masa depan yang serba tidak pasti. Paranoid akan jatuh miskin tanpa penghasilan, tidak bisa hidup layak di masa tua, tidak memiliki cukup uang untuk membayar fasilitas kesehatan, paranoid dengan masa depan pendidikan-sosial-kesehatan anak dan hal-hal ekstrim lainnya dapat mendorong seseorang berupaya menciptakan kekayaannya di saat yang tepat.

Lantas setelah kita mendiskusikan tentang kaya dan kekayaan, pertanyaan pentingnya adalah bagaimana menciptakan kekayaan? Lagi-lagi Morgan Housel memberi arahan ringkas, menabunglah. Ya, menabunglah sen demi sen di bank-bank yang menjamin kita bisa tidur nyenyak. Bila perlu belilah saham perusahaan terpercaya, mungkin blue chip.

Gagasan pentingnya adalah membangun kekayaan tidak banyak hubungannya dengan pendapatan atau hasil investasi. Ia lebih banyak ditentukan oleh tingkat tabungan. Tabungan pribadi yang dikombinasikan dengan gaya hidup sederhana merupakan bagian dari rumus keuangan yang lebih mudah kita kendalikan. Dibandingkan dengan investasi, menabung punya peluang berhasil 100%.

Gagasan penting lainnya adalah tingkat tabungan yang tinggi berarti memiliki pengeluaran yang lebih rendah, dan pengeluaran yang lebih rendah berarti tabungan kita bisa bertahan lebih lama ketimbang kita membelanjakan uang lebih banyak hari ini.

Menabung, pada dasarnya, tidak memerlukan tujuan khusus, semisal untuk membeli rumah, kendaraan baru, biaya pendidikan anak, biaya rekreasi. Kita bisa menabung hanya dengan alasan ingin menabung. Dan memang seharusnya begitu. Menabung saja. Kita tidak butuh alasan canggih untuk memulai menabung.

Baca juga: The Psychology of Money 

Pada dasarnya, menabung adalah proses cerdik memilah antara ego dan pendapatan. Alih-alih kasat mata, kekayaan seperti telah disinggung sebelumnya merupakan sesuatu yang tak kasat mata. Kekayaan diciptakan dengan menekan belanja tidak perlu saat ini agar bisa punya lebih banyak barang/jasa dan pilihan di masa yang akan datang. Catatan pentingnya adalah berapa pun penghasilan kita pada periode tertentu, kita tidak akan pernah bisa membangun kekayaan dengannya kecuali jika kita paksa diri untuk membatasi keasyikan kita dalam membelanjakan pendapatan tersebut saat ini. Ringkasnya, kekayaan yang dengannya kita hidup mandiri di masa yang akan datang hanya mungkin jika saat ini kita menekan segala keinginan membelanjakan pendapatan yang tidak perlu. Ini tidak ada kaitannya dengan besar kecil pendapat. Kuncinya adalah menabung, betapa pun kecilnya pendapatan kita. Akumulasi sesuatu yang kecil dalam rentang waktu yang panjang akan menjadi sesuatu yang besar.

Hemat agar bisa menabung dan paranoid akan melahirkan kemandirian finansial yang tidak dimiliki setiap orang. Kita bisa saja terlibat perdebatan sengit terkait esensi kemandirian finansial. Argumen apa pun yang kita kemukakan, kemandirian finansial tidaklah identik dengan berhenti bekerja. Meski jalan itu terpaksa ditempuh demi meraih kemandirian finansial, terutama bagi yang bekerja di sektor formal yang menekankan relasi satu arah yang kaku, atasan-bawahan. Seseorang bisa saja memilih pensiun dini demi memasuki zona nyaman kemandirian finansial. Namun itu dilakukan atas kemauan sendiri bukan karena sudah seharusnya pensiun. Dalam makna yang luas - saya kira setiap kita memimpikan keadaan ini - kemandirian finansial berarti melakukan pekerjaan yang kita suka bersama dengan orang yang kita sukai pada waktu dan tempat yang kita inginkan, tanpa ada paksaan. Tanpa didekte dengan aturan rigid yang mengikat. Kita bebas melakukan apa pun sebebas tidak melakukannya, bebas melakukan saat ini sebebas melakukannya nanti. Ini terdengar musykil. Tapi itulah kondisi yang pasti kita impikan. Setiap kita pasti memimpikan bisa bangun pagi dengan tenang, menyeruput secangkir kopi yang hangat sembari tetap menjaga keakraban dengan keluarga, mendengar celoteh mereka tanpa diburu waktu. Setelahnya kita bisa memilih pekerjaan yang ingin kita lakukan. Di mana saja, di rumah atau di luar rumah. Sendiri atau ditemani oleh orang lain. Dengan siapa pun, itu tidak terlalu penting. Yang jelas kita bebas, melakukan atau tidak melakukan. Kini, esok dan seterusnya.

Dan bentuk kekayaan tertinggi seperti dicatat Housel adalah berkenaan dengan kemandirian finansial ini. Gambarannya bisa jadi sangat sederhana, yakni mampu bangun di pagi yang cerah dan sumringah berucap, “Saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan hari ini.”

Kemampuan berbuat apa saja yang kita inginkan, kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja yang kita inginkan, selama itu bisa kita lakukan, sungguh tak ternilai harganya. Inilah dividen tertinggi yang dapat diberikan uang. Inilah kebahagiaan universal itu, bahwa orang ingin memegang kendali atas hidupnya dan bukan berada di bawah pengendalian orang lain.

Share:

neracabuku.blogspot.com

Kategori:

Labels