Sabtu, 12 Agustus 2023

DAMPAK TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DI ABAD MODERN


PENDAHULUAN
Teori Relativitas, yang dirumuskan oleh fisikawan jenius Albert Einstein pada awal abad ke-20, merupakan salah satu pencapaian paling signifikan dalam sejarah ilmu fisika modern. Teori ini mengubah pandangan kita tentang ruang, waktu, dan gravitasi, serta membawa pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta. Artikel ini akan mengulas dengan lengkap Teori Relativitas Albert Einstein, mulai dari latar belakang historis, konsep dasar, hingga implikasi teori ini terhadap fisika dan pemahaman alam semesta dengan penekanan pada teori relativitas khusus dan umum.

Namun sebelum sampai pada pembahasan utama, ada baiknya kita berkenalan dengan si jenius Albert Einstein terlebih dahulu.

BIOGRAFI INTELEKTUAL ALBERT EINSTEIN

Albert Einstein, seorang ilmuwan terkemuka abad ke-20, lahir pada 14 Maret 1879 di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kekaisaran Jerman. Ia menjadi salah satu tokoh paling ikonik dalam sejarah sains, terutama berkat karya-karyanya yang merevolusi pemahaman kita tentang alam semesta, termasuk teori relativitas.

Masa Muda dan Pendidikan
Einstein menunjukkan kecerdasan yang luar biasa sejak usia dini. Meskipun ia agak lambat berbicara pada usia anak-anak, Einstein telah menunjukkan ketertarikan mendalam pada matematika dan fisika. Ia belajar secara otodidak dan mempelajari teori-teori fisika yang lebih canggih pada usia yang sangat muda.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Einstein masuk ke Swiss Federal Institute of Technology (ETH Zurich) pada tahun 1896. Ia awalnya diterima dengan syarat untuk mengambil kursus pra-kuliah, di mana ia membuktikan bakatnya dalam matematika dan fisika. Pada 1900, ia lulus dari ETH Zurich dengan gelar pengajar sekunder dalam bidang fisika dan matematika.

Terobosan Revolusioner
Pada tahun 1905, yang dikenal sebagai "tahun ajaib" bagi Einstein, ia menerbitkan empat makalah penting dalam jurnal ilmiah Annalen der Physik. Salah satunya adalah makalah tentang efek fotolistrik, yang memberikan kontribusi besar pada perkembangan teori kuantum. Namun, justru karya terbesar tahun itu adalah makalah tentang teori relativitas khusus, yang mengguncang dasar-dasar fisika dan memperkenalkan konsep-konsep seperti pemendekan panjang dan perluasan waktu.

Pada tahun 1915, Einstein menyempurnakan karyanya dengan mengembangkan Teori Relativitas Umum, yang menyajikan pandangan baru tentang gravitasi sebagai kelengkungan ruang-waktu. Teori ini menjadi tonggak besar dalam pemahaman kita tentang alam semesta dan menghasilkan prediksi-prediksi yang terbukti benar melalui pengamatan dan eksperimen.

Dampak dan Penghargaan
Karya-karya Einstein mengubah pandangan kita tentang ruang, waktu, gravitasi, dan alam semesta secara keseluruhan. Ia menginspirasi generasi ilmuwan dan menyumbang pada perkembangan teknologi modern. Pada tahun 1921, Einstein dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisika atas penjelasan fenomena efek fotolistrik.

Selain karyanya dalam fisika teoretis, Einstein juga aktif dalam politik dan perdamaian. Ia menjadi advokat anti-perang dan berusaha mendorong kerjasama internasional untuk menghindari konflik global.

Masa Tua dan Warisan
Einstein meninggalkan Jerman pada tahun 1933 karena meningkatnya pengaruh Nazi dan pindah ke Amerika Serikat. Ia menjadi profesor di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, di mana ia tetap bekerja hingga akhir hayatnya.

Albert Einstein wafat pada 18 April 1955 di Princeton pada usia 76 tahun. Meskipun telah tiada, warisannya tetap hidup melalui karya-karyanya yang mengubah pandangan kita tentang alam semesta dan menjadi inspirasi bagi para ilmuwan dan pemikir di seluruh dunia. Einstein tetap menjadi simbol pengetahuan, imajinasi, dan daya pikir manusia yang luar biasa.

Karya Albert Einstein
Berikut ini adalah beberapa karya besar Albert Einstein yang telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan fisika modern dan pemahaman kita tentang alam semesta, di antaranya:

  1. Artikel Tentang Efek Fotolistrik (1905). Artikel ini, yang berjudul On a Heuristic Point of View Concerning the Production and Transformation of Light (Pandangan Heuristik Mengenai Produksi dan Transformasi Cahaya), memperkenalkan konsep kuantum dan efek fotolistrik. Dalam buku ini Einstein menyatakan bahwa cahaya terdiri dari partikel diskret yang kemudian dikenal sebagai foton, dan ia menjelaskan bagaimana cahaya dapat menyebabkan pemancaran elektron dari permukaan logam, yang menjadi dasar bagi pemahaman modern tentang efek fotolistrik.
  2. Teori Relativitas Khusus (1905). Dalam makalah yang sama tahun 1905, Einstein merumuskan Teori Relativitas Khusus. Makalah ini, yang berjudul On the Electrodynamics of Moving Bodies (Tentang Elektrodinamika Benda Bergerak), mengubah pandangan tentang ruang dan waktu serta mengenalkan konsep massa bergerak. Teori ini membahas prinsip-prinsip dasar seperti prinsip relativitas dan kecepatan cahaya sebagai batas.
  3. Artikel Tentang Gerak Browning (1905). Artikel ini, yang berjudul Investigations on the Theory of the Brownian Movement (Penelitian tentang Teori Gerak Browning), menjelaskan gerak acak partikel-partikel kecil yang terapung di dalam cairan. Einstein menggunakan pendekatan statistik dan teori kinetik untuk menggambarkan fenomena ini, memberikan dukungan empiris bagi eksistensi atom.
  4. Artikel Tentang Energi Massa-Ekuivalen (1905). Dalam artikel lainnya pada tahun 1905 yang berjudul Does the Inertia of a Body Depend Upon Its Energy Content? (Apakah Inersia Suatu Benda Bergantung pada Isi Energi?), Einstein merumuskan persamaan ikonik yang sangat populer E = mc². Artikel ini menjelaskan bagaimana energi dan massa dapat berinteraksi dan saling terkait, menjadi dasar bagi pemahaman tentang reaksi nuklir dan potensi energi atom.
  5. Teori Relativitas Umum (1915). Dalam makalah The Foundation of the General Theory of Relativity (Dasar Teori Relativitas Umum), Einstein memaparkan konsep dasar Teori Relativitas Umum, yang membawa pandangan baru tentang gravitasi sebagai kelengkungan ruang-waktu. Teori ini menjelaskan gerakan benda-benda dalam medan gravitasi dengan lebih akurat daripada teori gravitasi Newtonian.
  6. Artikel Tentang Efek Fotoelektrik (1921). Einstein kembali mempublikasikan karyanya mengenai efek fotolistrik dalam artikel yang lebih rinci berjudul Elementary Theory of the Photoelectric Effect (Teori Dasar Efek Fotoelektrik). Artikel ini lebih mendalam mengenai hubungan antara intensitas cahaya dan jumlah elektron yang terlepas, serta memberikan landasan untuk pengembangan teori kuantum.
  7. Artikel Tentang Statistik Bose-Einstein (1924). Einstein berkontribusi dalam pengembangan mekanika statistik dan kuantum dengan mempelajari perilaku partikel-partikel yang tidak dapat dibedakan dalam suatu kumpulan. Ia memprediksi keberadaan agregat Bose-Einstein, yang terwujud dalam zat yang sekarang dikenal sebagai kondensat Bose-Einstein.

Baca juga: Revolusi Industri 5.0

 
LATAR BELAKANG HISTORIS TEORI RELATIVITAS
Sebelum Teori Relativitas, fisikawan meyakini bahwa waktu dan ruang adalah konsep absolut dan terpisah satu sama lain. Pada tahun 1905, Albert Einstein mempublikasikan makalahnya yang terkenal berjudul On the Electrodynamics of Moving Bodies (Tentang Elektrodinamika Benda Bergerak). Dalam makalah ini, Einstein memperkenalkan Teori Relativitas Khusus, yang mengubah pandangan masyarakat tentang hubungan antara ruang dan waktu serta memberikan dasar bagi teori relativitas lebih lanjut.

TEORI RELATIVITAS KHUSUS
Teori Relativitas Khusus adalah salah satu terobosan paling signifikan dalam sejarah ilmu fisika. Ditemukan oleh Albert Einstein pada tahun 1905, teori ini mengubah cara kita memahami hubungan antara ruang, waktu, dan gerakan. Dengan mengajukan gagasan bahwa hukum fisika harus konsisten di semua kerangka acuan inersia dan bahwa kecepatan cahaya adalah batas maksimal, Einstein merombak pandangan dunia ilmiah.

Latar Belakang
Sebelum Teori Relativitas Khusus, pandangan ilmu fisika didasarkan pada pemahaman Newton tentang ruang dan waktu yang absolut. Newton mengasumsikan bahwa waktu dan ruang adalah entitas yang terpisah dan universal, dan bahwa gerak adalah konsep absolut. Namun, dalam menjalani pemikiran eksperimen dan analisis matematika yang mendalam, Einstein meragukan asumsi-asumsi ini dan memulai perjalanan untuk merumuskan teori baru.
 

Prinsip-Prinsip Utama Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus didasarkan pada dua prinsip utama yang digagas oleh Einstein, yakni:

  1. Prinsip Relativitas: Hukum fisika harus konsisten di semua kerangka acuan inersia. Ini berarti bahwa hukum-hukum fisika yang berlaku di satu kerangka acuan juga harus berlaku di kerangka acuan lain yang bergerak relatif terhadapnya dengan kecepatan konstan.
  2. Kecepatan Cahaya sebagai Batas Maksimal: Tidak ada benda dengan massa yang dapat mencapai atau melebihi kecepatan cahaya di ruang hampa. Kecepatan cahaya dalam vakum adalah konstanta alam yang tidak dapat dilewati oleh benda apapun.


Konsep Pemendekan Panjang dan Perluasan Waktu
Salah satu konsep paling revolusioner dalam Teori Relativitas Khusus yang digagas oleh Einstein adalah pemendekan panjang dan perluasan waktu. Einstein menunjukkan bahwa benda yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya akan mengalami pemendekan panjang dalam arah geraknya. Selain itu, waktu akan berjalan lebih lambat bagi benda yang bergerak cepat relatif terhadap suatu pengamat diam. Konsep ini telah terbukti melalui eksperimen dan mengarah pada fenomena seperti "ledakan waktu" dalam penjelajahan ruang.

Persamaan E = mc²
Teori Relativitas Khusus juga menghasilkan persamaan ikonik E = mc², yang menggambarkan hubungan antara energi (E), massa (m), dan kecepatan cahaya (c). Persamaan ini menunjukkan bahwa energi dan massa memiliki hubungan yang dalam, dan ini telah menjadi dasar bagi pemahaman kita tentang energi nuklir dan fisi.

Implikasi dan Aplikasi Modern Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus memiliki dampak besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Fisika partikel, teknologi nuklir, dan astronomi semuanya mengandalkan pemahaman tentang relativitas khusus. Pada tingkat yang lebih luas, teori ini juga memberikan pandangan baru tentang aspek-aspek fundamental alam semesta dan menjelaskan fenomena seperti percepatan partikel di percepatan partikel dan fenomena relativistik lainnya.


Namun, penting untuk diingat bahwa Teori Relativitas Khusus hanya berlaku dalam kerangka acuan inersia (tidak ada percepatan). Untuk memahami gravitasi dan percepatan, Einstein mengembangkan Teori Relativitas Umum yang lebih luas.
Dalam kesimpulannya, Teori Relativitas Khusus merupakan tonggak penting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan telah mengubah pandangan kita tentang ruang, waktu, dan gerak. Dengan gagasan-gagasan revolusionernya, Einstein membuka pintu untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta yang terus berkembang hingga saat ini.

TEORI RELATIVITAS UMUM
Teori Relativitas Umum adalah salah satu pencapaian paling monumental dalam sejarah ilmu fisika. Ditemukan oleh Albert Einstein pada tahun 1915, teori ini mengubah pandangan kita tentang waktu, ruang, dan gravitasi. Dengan mengajukan gagasan bahwa massa dan energi membentuk geometri ruang-waktu, Einstein mengubah cara kita memahami alam semesta.

Latar Belakang Teori Relativitas Umum
Sebelum Teori Relativitas Umum, pandangan ilmu fisika didasarkan pada pandangan Newton tentang gravitasi. Menurut hukum gravitasi Newton, benda-benda menarik satu sama lain dengan gaya yang sebanding dengan massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara mereka. Namun, ketika Einstein mempertanyakan asumsi-asumsi ini, dia mengembangkan teori yang jauh lebih luas dalam cakupannya.

Prinsip-Prinsip Utama Teori Relativitas Umum

Teori Relativitas Umum didasarkan pada dua prinsip utama, yakni:

  1. Prinsip Kesetaraan Inersia dan Gravitasi. Einstein mengusulkan bahwa percepatan yang dialami oleh suatu benda dalam medan gravitasi tidak dapat dibedakan dari percepatan yang dialami benda tersebut karena gerakan inersia. Ini berarti bahwa gaya gravitasi sebenarnya merupakan hasil dari kelengkungan ruang-waktu di sekitar massa dan energi.
  2. Prinsip Kesetaraan Gravitasi dan Akselerasi. Teori Relativitas Umum juga mengajukan gagasan bahwa benda-benda jatuh bebas di dalam medan gravitasi mengikuti lintasan geodesik (terpendek) di ruang-waktu yang melengkung. Dalam hal ini, percepatan gravitasi yang kita lihat sebenarnya adalah hasil dari lintasan ini di dalam struktur ruang-waktu.


Konsep Geometri Ruang-Waktu
Salah satu konsep paling krusial dalam Teori Relativitas Umum adalah ide bahwa massa dan energi melengkungkan ruang-waktu itu sendiri. Ini berarti bahwa benda-benda besar seperti planet dan bintang mempengaruhi bentuk ruang-waktu di sekitarnya. Cahaya, yang biasanya bergerak dalam garis lurus, mengikuti lintasan melengkung di sekitar objek-objek bermassa besar ini. Konsep ini dikenal sebagai lensa gravitasi, dan efeknya telah diamati dan diukur dengan cermat.

Prediksi dan Uji Coba
Teori Relativitas Umum telah menghasilkan beberapa prediksi yang luar biasa, dan banyak di antaranya telah terbukti benar melalui pengamatan dan eksperimen. Beberapa contoh termasuk pergeseran merah cahaya bintang yang menjauh dari kita (Efek Doppler) dan pergeseran merah cahaya yang lebih besar pada benda-benda yang berada dalam medan gravitasi yang kuat (Efek Einstein).

Pada tahun 1919, selama gerhana matahari total, eksperimen yang dilakukan oleh Arthur Eddington memverifikasi Teori Relativitas Umum dengan mengamati pergeseran posisi bintang-bintang yang tampak di dekat matahari terhalang. Hasil dari eksperimen ini mendukung prediksi Einstein dan menjadikannya bintang dalam komunitas ilmiah.

Implikasi Modern Teori Relativitas Umum
Teori Relativitas Umum terus memainkan peran krusial dalam fisika modern. Konsep ini telah mempengaruhi teori-teori lain seperti kosmologi dan fisika partikel. Teori ini juga merupakan dasar penting dalam pemahaman kita tentang fenomena alam semesta seperti lubang hitam, gelombang gravitasi, dan ekspansi alam semesta.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang Teori Relativitas Umum, ilmuwan terus mencari cara untuk menggabungkan gravitasi dengan mekanika kuantum, menciptakan apa yang dikenal sebagai "gravitasi kuantum." Upaya ini terus menjadi tantangan besar dalam fisika modern.

Akhirnya perlu disimpulkan bahwa Teori Relativitas Umum adalah salah satu tonggak terpenting dalam sejarah ilmu pengetahuan. Konsep revolusioner ini mengubah pandangan kita tentang struktur alam semesta dan memberikan fondasi bagi pemahaman kita tentang gravitasi yang masih terus berkembang hingga hari ini.


Share:

Jumat, 11 Agustus 2023

REVIEW SAPIENS YUVAL NOAH HARARI


DESKRIPSI RINGKAS BUKU
Dalam Bahasa Indonesia buku ini terbit dengan judul Sapiens Riwayat Singkat Umat Manusia. Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit KPG, anak usaha Gramedia pada September 2017. Hingga Januari 2021 buku ini telah naik cetak sebanyak 18 kali. Buku dengan dominasi warna sampul putih ini diterjemahkan cukup ciamik oleh Damaring Tyas Wulandari Palar. Di Daerah pulau Jawa dan sekitarnya buku inspiratif ini dijual dengan harga Rp. 115.000. Relatif murah untuk sebuah buku berbobot dengan ketebalan mencapai 528 halaman.

Buku Sapiens telah dikukuhkan sebagai buku laris internasional yang diterbitkan ke dalam 20 lebih bahasa di seluruh dunia, salah satunya dalam Bahasa Indonesia.

Buku ini merupakan salah satu bacaan favorit yang direkomendasikan oleh beberapa tokoh dunia, semisal Barack Obama, Mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan tokoh lainnya.

Yang menarik adalah pernyataan Mark Zuckerberg seperti tertera di back cover buku. Ia menyandingkan karya Harari ini dengan Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun. Muqaddimah, sebagaimana diketahui merekam sejarah umat manusia dalam rentang waktu lebih dari 1300 tahun.

TENTANG PENULIS
Yuval Noah Harari adalah seorang sejarawan, penulis, dan Profesor asal Israel yang lahir pada 24 Februari 1976 di Kiryat Ata, Israel. Ia dikenal luas karena karya-karyanya yang mendalam dalam bidang sejarah, sains, dan filsafat, yang telah mendapatkan pengakuan internasional.

Harari menempuh pendidikan di Universitas Ibrani Yerusalem, di mana ia meraih gelar sarjana dalam bidang sejarah dan ilmu politik pada tahun 1999. Kemudian, ia melanjutkan studinya di Universitas Oxford di Inggris, di mana ia meraih gelar Ph.D. dalam sejarah pada tahun 2002.

Salah satu karya paling terkenal Harari adalah bukunya yang berjudul Sapiens: A Brief History of Humankind (2014). Buku ini menggambarkan perjalanan panjang evolusi manusia, mulai dari zaman prasejarah hingga era modern. Karya ini berhasil memadukan penelitian sejarah dengan pendekatan filosofis, sains, dan antropologi, serta disajikan dengan gaya narasi yang menarik. Sapiens menjadi buku bestseller internasional dan mendapatkan pujian dari berbagai kalangan.

Pada tahun 2016, Harari menerbitkan buku kedua yang juga sukses besar berjudul Homo Deus: A Brief History of Tomorrow. Buku ini mengeksplorasi masa depan potensial manusia dalam konteks perkembangan teknologi dan sains yang cepat. Ia membahas berbagai hal seperti kecerdasan buatan, perpanjangan umur, dan tantangan etika yang dihadapi oleh manusia dalam era modern.

Buku ketiga Harari, 21 Lessons for the 21st Century (2018), mengambil pendekatan yang lebih dekat dengan era ini dalam menganalisis isu-isu kontemporer yang dihadapi manusia, termasuk teknologi, politik, dan identitas.

Dengan tulisannya yang jelas, analitis, dan merangsang pemikiran, Yuval Noah Harari telah menjadi tokoh terkemuka dalam merangkai sejarah, ilmu pengetahuan, dan filsafat menjadi cerita yang menginspirasi dan merangsang refleksi mendalam tentang manusia dan dunia di sekitarnya.

Pada tahun 2012 Harari menerima penghargaan bergengsi Polonsky Prize for Creativity and Originality in the Humanistic Disciplines.
 
POIN-POIN PENTING SAPIENS
Buku Sapiens: A Brief History of Humankind menyajikan gambaran sejarah manusia dengan pendekatan yang luas, menghubungkan berbagai aspek seperti biologi, antropologi, sejarah, dan sains, serta menganalisis dampak peristiwa-peristiwa penting dalam membentuk peradaban manusia.

Berikut adalah ikhtisar singkat dari beberapa gagasan utama yang dibahas Harari dalam buku Sapiens: 

Revolusi Kognitif. Harari mengajukan gagasan bahwa evolusi kognitif, bukan hanya perubahan fisik, merupakan faktor utama yang membedakan manusia dari spesies lain. Evolusi ini terjadi kira-kira sekitar 70.000 tahun lalu ketika Homo sapiens mengembangkan kemampuan berpikir simbolis, bahasa, dan koordinasi sosial yang kompleks. 

Revolusi Pertanian. Buku ini juga menjelaskan bagaimana manusia beralih dari gaya hidup berburu dan mengumpulkan makanan menjadi pertanian dan pemeliharaan hewan. Ini membuka jalan bagi munculnya masyarakat agraris tetap, yang memungkinkan pertumbuhan populasi yang lebih besar dan pembentukan struktur sosial yang lebih kompleks. 

Pembentukan Bangsa dan Agama. Harari menganalisis bagaimana keyakinan bersama dalam agama dan konsep-konsep abstrak seperti uang, bangsa, dan hukum membentuk masyarakat manusia, memungkinkan kerja sama massal dalam skala yang lebih besar.

Revolusi Ilmiah dan Industri. Buku ini menelusuri perjalanan dari masa Renaisans hingga Revolusi Industri, dengan fokus pada perubahan besar dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan organisasi sosial yang membentuk dunia modern.

Dampak Teknologi Modern. Harari menjelaskan bagaimana teknologi modern, termasuk komputer dan kecerdasan buatan, memiliki potensi untuk mengubah fundamental cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi.

Melalui narasi yang penuh gairah dan pemikiran mendalam, Sapiens mengajak pembaca untuk memahami akar sejarah manusia dan merenungkan pertanyaan besar tentang arti dan tujuan keberadaan manusia. Buku ini tidak hanya memberikan wawasan sejarah yang mendalam, tetapi juga mendorong refleksi tentang bagaimana masa lalu membentuk masa depan kita.

Baca juga ulasan: Atomic Habits

KENAPA MESTI MEMBACA BUKU SAPIENS
Buku Sapiens: A Brief History of Humankind karya Yuval Noah Harari ini memiliki beberapa kelebihan yang menempatkannya sebagai karya yang luar biasa dan berpengaruh di bidang sejarah umat manusia yang membentang hingga jutaan tahun.

Di antara kelebihan-kelebihan yang dimaksud, diantaranya: 

Pendekatan Interdisipliner. Dalam buku ini Harari menggabungkan berbagai disiplin ilmu, termasuk sejarah, biologi, antropologi, ekonomi, dan filsafat, untuk memberikan pandangan yang komprehensif tentang evolusi manusia. Pendekatan interdisipliner ini memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam. 

Gaya Penulisan Menarik. Buku ini ditulis dengan gaya narasi yang menarik dan mudah dimengerti, bahkan untuk pembaca yang tidak memiliki latar belakang akademis tertentu. Harari menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat, sehingga konsep-konsep yang kompleks dan rumit menjadi lebih mudah dicerna. 

Penghubungan Kontemporer. Meskipun buku ini membahas sejarah kuno, Harari mengaitkannya dengan isu-isu kontemporer dan permasalahan masa kini, seperti dampak teknologi modern, etika dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan tantangan sosial. 

Pemikiran Provokatif. Buku ini menawarkan pandangan dan teori-provokatif tentang perkembangan manusia, seperti peran agama dalam membentuk peradaban, atau bagaimana manusia menjadi dominan di planet ini. Ini diharapkan dapat merangsang pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang asal-usul, tujuan, dan arti keberadaan manusia di planet ini. 

Penggalangan Data dan Penelitian. Harari menggunakan data dan hasil penelitian ilmiah yang kuat untuk mendukung argumennya. Ini memberikan kepercayaan pada pembaca bahwa apa yang dibahas dalam buku ini didasarkan pada bukti dan penelitian yang akurat.

Perspektif Global. Buku ini mengambil pandangan global terhadap sejarah manusia, memperhatikan perkembangan di berbagai belahan dunia dan menghindari pandangan yang terlalu Eropa atau Barat-tengah.

Mengajak Refleksi Mendalam. Buku ini tidak hanya memberikan sejarah kronologis, tetapi juga mendorong pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, peradaban manusia, dan masa depan kita. Ini menjadikannya lebih dari sekadar buku sejarah biasa.

Kelebihan-kelebihan seperti diuraikan di atas telah menjadikan Sapiens bukan hanya sebagai buku populer, tetapi juga karya yang dapat merangsang pemikiran, menggugah rasa ingin tahu, dan memberikan pandangan yang lebih luas tentang manusia dan perannya dalam dunia ini.

Baca juga: Kemana Revolusi Industri 5.0 Membawa Kita?

BEBERAPA KEKURANGAN SAPIENS
Meskipun Sapiens: A Brief History of Humankind memiliki banyak kelebihan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, agar adil perlu juga dikemukakan beberapa kekurangannya. Namun ini nyaris tidak tidak ada artinya.

Beberapa catatan yang dapat disebut kekurangan Sapiens yang perlu diperhatikan, di antaranya: 

Pemadatan Informasi. Karena cakupan sejarah yang sangat luas dalam satu buku, beberapa periode atau peristiwa penting mungkin hanya dibahas secara singkat. Ini dapat membuat beberapa pembaca merasa bahwa beberapa aspek penting dari sejarah manusia tidak mendapatkan eksposur yang memadai. Indonesia misalnya, ia disinggung dalam buku ini, namun terlalu minim. Padahal di Indonesia, di masa purba sedikitnya pernah hidup dua jenis Sapiens, yakni Homo Soloensis dan Homo Floresiensis. 

Kurangnya Rujukan yang Rinci. Meskipun Harari menyajikan argumennya dengan kuat, buku ini mungkin tidak memberikan rujukan rinci yang memadai untuk setiap klaim atau data yang disajikan. Ini dapat menjadi kekurangan bagi pembaca yang ingin memeriksa sumber atau mendalami topik tertentu lebih jauh. 

Kritik terhadap Interpretasi. Beberapa sejarawan dan ahli berpendapat bahwa Harari terkadang memberikan interpretasi atau sudut pandang yang kontroversial terhadap sejarah, terutama dalam hal agama dan peran manusia dalam peradaban. Ini bisa mengundang perdebatan dan kritik. 

Pendekatan Generalisasi. Karena ruang yang terbatas, Harari terkadang membuat generalisasi yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan keragaman dan kompleksitas manusia serta peradaban. Ini dapat dipandang sebagai upaya menyederhanakan beberapa aspek sejarah dan budaya tertentu.

Keterbatasan dalam Topik Khusus. Buku ini lebih fokus pada gambaran besar sejarah manusia dan mungkin tidak memberikan wawasan mendalam tentang topik-topik khusus tertentu. Jika Anda mencari penjelasan rinci tentang periode atau peristiwa tertentu, Anda mungkin perlu mencari bacaan lebih lanjut.

Namun, perlu diingat bahwa buku ini sebagian besar ditujukan untuk pembaca umum yang ingin mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang sejarah manusia dan pemikiran provokatif tentang peran kita dalam planet ini. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, buku ini tetap menjadi kontribusi yang berharga dalam membuka diskusi tentang sejarah dan makna kemanusiaan.

Buku Sapiens adalah buku sejarah umat manusia secara umum. Bahasannya tidak menekankan pada satu bangsa secara khusus. Buku ini memberikan berbagai konsep dan ide yang merangsang pemikiran, serta mengajak pembaca untuk merenung tentang makna dan tujuan eksistensi manusia.

Beberapa kesimpulan utama yang dapat diambil dari buku ini adalah: 

Evolusi Manusia yang Kompleks. Buku ini menggambarkan bagaimana manusia telah berkembang dari spesies prasejarah menjadi dominan di planet ini melalui revolusi kognitif, pertanian, dan perubahan sosial dan teknologi yang radikal. 

Peran Kunci Budaya dan Imajinasi. Harari menekankan bahwa imajinasi manusia dan kemampuan untuk menciptakan cerita-cerita bersama (mitos, agama, dan konsep-konsep abstrak) memiliki dampak besar dalam membentuk masyarakat dan peradaban. 

Tantangan Modern dan Etika. Buku ini mengajak pembaca merenung tentang dampak teknologi modern, termasuk kecerdasan buatan dan manipulasi genetik, serta tantangan etika yang dihadapi oleh manusia dalam mengelola perkembangan ilmiah yang pesat. 

Refleksi tentang Manusia dan Masa Depan. Sapiens merangsang pembaca untuk merenung tentang hakikat manusia, arti kehidupan, dan arah masa depan. Ini mengajak kita untuk memikirkan bagaimana kita ingin membentuk dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang. 

Keterbatasan Pengetahuan. Harari mengakui bahwa banyak aspek sejarah dan kehidupan manusia masih misterius atau sulit dipahami sepenuhnya. Dan buku ini mengajarkan kita untuk tetap rendah hati dalam menghadapi kompleksitas sejarah dan manusia.

Baca juga ulasan: The Psychology of Money

CATATAN PENUTUP
Secara keseluruhan, Sapiens adalah buku yang merangsang pemikiran, menggabungkan sejarah, sains, filsafat, dan antropologi untuk memberikan pandangan yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai manusia, bagaimana kita sampai ke titik ini, dan apa yang mungkin ada di depan. Buku ini mengajak kita untuk menghadapi pertanyaan besar tentang eksistensi dan tanggung jawab kita sebagai anggota spesies yang cerdas dan berpengaruh di planet ini.

Namun penting dicatat bahwa Sapiens tidak bisa dilepaskan dari basis kultural dan akademis Harari sebagai penulisnya. Ia besar dalam kultur Barat, yang mana cara pandang dunianya (world view) berbeda jauh dengan kita, terlebih lagi kita yang menganut suatu agama. Kita meyakini secara utuh bahwa manusia dan alam semesta tercipta by design oleh Tuhan, bukan tiba-tiba muncul secara evolusioner sebagaimana keyakinan Harari dan ilmuwan lain yang sehaluan dengannya. Pada halaman 477 buku Sapiens, Harari sangat yakin bahwa setiap organisme di planet ini berevolusi secara alamiah. Ia menafikan fakta normatif yang diyakini semua agama dan keyakinan bahwa alam semesta tercipta oleh Pencipta Yang Maha Cerdas.

Share:

REVIEW BUKU MINDSET CAROL S. DWECK, PH.D.



CATATAN PEMBUKA
Buku Mindset adalah satu rangkaian yang tak terpisahkan dari buku Dweck lainnya, yakni Self Theories: Their Role in Motivation, Personality, and Development (Essays in Social Psychology). Ulasannya bisa dibaca di: Self Theories Carol S. Dweck, Ph.D. 
 
Dalam bahasa Inggris buku ini terbit pertama kali pada tahun 2006 dengan judul Mindset: The New Psychology of Success. Edisi Bahasa Indonesia sendiri diterbitkan pada Agustus 2016 oleh Penerbit BACA.
 
Dalam buku ini, Carol S. Dweck menggali tentang bagaimana pola pikir (mindset) seseorang tentang kemampuan dan potensi diri dapat berdampak besar pada hasil yang dicapai dalam berbagai aspek kehidupan. Faktanya, mindset yang kita anut memiliki peran penting dalam menentukan sejauh mana kita bisa berkembang dan meraih potensi terbaik.
 
Di dalam buku ini Dweck memperkenalkan dua istilah penting, yakni Fixed Mindset dan Growth Mindset. Dua jenis pola pikir ini mencerminkan pandangan seseorang tentang kemampuan mereka sendiri. Pola pikir yang pertama adalah fixed mindset, di mana individu percaya bahwa kemampuan adalah sesuatu yang tetap dan tidak dapat berubah. Kedua adalah growth mindset, di mana individu percaya bahwa kemampuan dapat berkembang melalui usaha, latihan, dan belajar. 
 
Kedua konsep ini dapat membantu kita memahami dengan baik mengapa beberapa orang sukses dalam mengatasi hambatan dan mencapai tujuan, sementara yang lainnya justru terjebak pada satu kondisi sehingga mengalami kesulitan untuk berubah.
 
FIXED MINDSET VERSUS GROWTH MINDSET
Fixed Mindset, atau pola pikir tetap, mengacu pada pandangan bahwa kemampuan dan kualitas pribadi adalah sesuatu yang sudah ditentukan dan tidak bisa berubah. Ia dipandang sebagai kualitas diri yang dibawa semenjak lahir. Orang dengan tipe fixed mindset cenderung menganggap bakat dan kecerdasan sebagai atribut bawaan yang tidak dapat dikembangkan. Dalam pergumulan sehari-hari mereka cenderung menghindari tantangan karena takut akan kegagalan yang bisa merusak citra diri mereka.
 
Seseorang dengan fixed mindset seringkali dihambat oleh kepercayaan diri sendiri bahwa usaha ekstra tidak berharga dan bahwa hasil yang lebih baik hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang memang sudah memiliki bakat alami. Akibatnya, mereka cenderung menyerah ketika menghadapi kesulitan atau kegagalan.
 
Di sisi lain, Growth Mindset atau pola pikir berkembang, melihat kemampuan dan kualitas pribadi sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan melalui usaha, belajar, dan dedikasi secara terus menerus sepanjang hayat. Orang dengan growth mindset sangat percaya bahwa kecerdasan dan keterampilan dapat terus diasah, dipupuk agar berkembang seiring waktu melalui proses belajar dan latihan. Berbeda dengan orang-orang fixed mindset, mereka melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai ancaman atau penghambat.
 
Seseorang dengan growth mindset selalu siap mengambil risiko dan berinvestasi dalam usaha ekstra karena mereka percaya bahwa usaha tersebut akan membantu mereka tumbuh sekaligus dapat meningkatkan kinerja mereka. Mereka lebih mampu menghadapi kegagalan dengan sikap positif dan melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan meningkatkan keterampilan yang dimiliki. 
 
LANGKAH MUDAH MENGUBAH MINDSET
Mengembangkan growth mindset memerlukan kesadaran dan usaha yang konsisten. Dalam dunia yang terus berubah, growth mindset adalah aset berharga yang dapat membantu seseorang meraih potensi penuhnya guna mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.Untuk itu, migrasi dari fixed mindset ke growth mindset perlu dilakukan.
 
Migrasi sendiri merupakan langkah penting dalam mencapai pertumbuhan pribadi dan keberhasilan jangka panjang. Ada beberapa cara untuk memperkuat growth mindset, di antaranya:
 
Pertama, Pahami keyakinan Anda. Sadari keyakinan yang mendasari pandangan Anda tentang kemampuan dan perkembangan pribadi. Jika Anda menemukan keyakinan yang negatif, maka segera ganti dengan pemikiran yang lebih positif;
 
Kedua, Terima tantangan. Lihatlah tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai hal yang menakutkan. Jika Anda merasa ragu atau takut, ingatlah selalu bahwa kesalahan adalah hal yang normal dalam proses pembelajaran dan latihan;
 
Ketiga, Jadikan kesalahan dan kegagalan sebagai pelajaran. Alih-alih merasa malu atau putus asa setelah melakukan kesalahan dan kegagalan, pikirkan apa kira-kira yang dapat Anda pelajari dari situasi tersebut. Ini penting karena pengalaman kegagalan ini dapat memberikan wawasan berharga untuk perbaikan di masa depan;
 
Keempat, Kembangkan keterampilan. Berinvestasilah dalam pembelajaran dan pengembangan keterampilan baru. Pendidikan yang berkelanjutan dan eksplorasi berbagai bidang dapat membantu Anda tumbuh secara pribadi dan profesional; dan
 
Kelima, Selalu motivasi diri sendiri. Tetap berusaha mencapai tujuan baru dan menantang diri sendiri. Jangan terlalu nyaman dalam zona aman (comfort zone)
 
Baca juga ulasan buku: 21 Pelajaran untuk Abad ke-21  
 
PLUS MINUS BUKU MINDSET
Sebagai sebuah karya akademik yang didasarkan pada serangkaian hasil riset ilmiah, buku Mindset karya Prof. Carol S. Dweck, Ph.D. tentu memiliki plus minusnya sendiri.
Kelebihan buku ini setidaknya mencakup tiga hal, yakni:
 
Satu, Memiliki konsep yang kuat. Buku ini menghadirkan konsep yang kuat dan bermanfaat tentang bagaimana pola pikir (mindset) dapat mempengaruhi kesuksesan dan perkembangan pribadi seseorang. Ide bahwa keyakinan kita tentang kemampuan diri dapat memengaruhi cara kita mendekati tantangan dan kegagalan. Ini adalah konsep yang sangat baru dan sangat relevan untuk konteks kekinian;
 
Dua, Ilustrasi dengan studi kasus. Dweck mendukung konsepnya dengan berbagai studi kasus dan contoh dari berbagai bidang yang relevan, termasuk pendidikan, olahraga, bisnis, dan kehidupan pribadi. Ini membantu pembaca lebih mudah memahami dan mengaitkan konsep yang ada dengan berbagai situasi kehidupan secara empirik; dan
 
Tiga, Memberikan panduan praktis. Buku ini tidak hanya berbicara tentang konsep, tetapi juga memberikan panduan praktis tentang bagaimana mengenali dan mengubah pola pikir (mindset) kita. Dweck juga mengajak pembaca untuk menerapkan prinsip-prinsip growth mindset dalam kehidupan sehari-hari.
 
Sementara itu, ibarat gading yang tidak steril dari keretakan, yang dapat dicatat sebagai kekurangan dari buku Mindset, di antaranya:
 
Pertama, Konsep yang kerap diulang-ulang. Beberapa pembaca mungkin merasakan bahwa buku ini terlalu sering mengulangi konsep yang sama secara berulang-ulang, terutama di awal buku. Ini bisa membuat pembaca yang sudah mengerti konsep tersebut merasa agak bosan;
 
Kedua, Kurangnya contoh nyata implementasi. Meskipun buku ini memberikan wawasan tentang pentingnya growth mindset, namun beberapa pembaca mungkin merasa kurang puas dengan panduan konkretnya untuk mengembangkan mindset tersebut dalam kehidupan nyata; dan
 
Ketiga, Penerapan konteks yang minim. Beberapa pembaca mungkin berharap untuk melihat lebih banyak contoh dan penerapan konsep growth mindset dalam berbagai situasi kehidupan, yang mana ini tidak dapat dipenuhi secara optimal oleh Dweck.
 
CATATAN PENUTUP 
Mindset: The New Psychology of Success karya Carol S. Dweck adalah buku yang sangat terkenal dan sangat berpengaruh dalam dunia psikologi dan pengembangan pribadi. Buku ini seperti telah dijelaskan sebelumnya membahas dua konsep, yakni konsep pola pikir tetap (fixed mindset) dan pola pikir berkembang (growth mindset).
 
Buku ini telah mempengaruhi banyak individu, termasuk pendidik, orang tua, dan profesional, karena konsep pola pikir tetap (fixed mindset) dan berkembang (growth mindset) telah membantu banyak orang untuk mengubah cara mereka melihat diri sendiri, mengatasi ketakutan dan kegagalan, serta mencapai potensi penuh mereka.



Share:

Rabu, 09 Agustus 2023

REVIEW BUKU SELF THEORIES CAROL S. DWECK, PH.D.

 

Deskripsi Buku

Self Theories sebetulnya bukanlah buku baru. Edisi Bahasa Inggrisnya saja telah diterbitkan pertama kali pada tahun 2000. Judul yang dipilih adalah Self Theories: Their Role in Motivation, Personality, and Development (Essays in Social Psychology). Baru kemudian masuk ke Indonesia kurang lebih 20 tahun kemudian. BACA, salah satu penerbit tanah air pada Februari 2020 menerbitkan buku dimaksud untuk pertama kalinya dengan judul Self Theories: Wawasan Psikologi Terbaru tentang Motivasi, Kepribadian, dan Pengembangan Diri. Buku setebal 346 halaman ini pernah dinobatkan sebagai Book of the Year oleh World Education Fellowship. Sayangnya, di Indonesia sendiri buku ini belum mendapatkan tempat yang memadai. Padahal buku ini punya cara pandang progresif dalam memahami kecerdasan dan segala hal yang berkaitan dengannya.

Tonton juga: Teori Dasar Self Theories 

Tentang Penulis

Buku Self Theories merupakan karya terbaik Prof. Carol S. Dweck, Ph.D. Wanita kelahiran 17 Oktober 1946 ini dikenal sebagai peneliti kelas dunia dengan kekhususan pada bidang kepribadian, psikologi perkembangan, dan psikologi sosial. Ia tercatat pernah menjadi guru besar psikologi di Universitas Columbia, Universitas Harvard, dan Universitas Illinois sebelum akhirnya memilih berkarir di Universitas Stanford pada 2004. Ia juga termasuk salah seorang anggota dari National Academy of Sciences dan American Academy of Art and Sciences.

Dweck menerima banyak penghargaan bergengsi berkat penelitian-penelitian dan buku-bukunya. Buku Self Theories: Their Role in Motivation, Personality, and Development (Essays in Social Psychology) telah dinobatkan sebagai Book of the Year oleh World Education Fellowship. Sementara Mindset, karya lainnya, terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia serta direkomendasikan sebagai bacaan bergizi oleh banyak tokoh penting, baik level dunia maupun tokoh nasional. Sekedar menyebut nama ada Bill Gates, Malcomm Gladwell, Robert J. Sternberg dan di tanah air ada Rhenald Kasali. Yang disebutkan terakhir ini bahkan rela memberikan kata pengantar untuk buku Mindset.

Tulisan-tulisan inspiratifnya banyak dimuat di media terkemuka, semisal Time, The New Yorker, The New York Times, The Boston Globe, dan The Washington Post. 

Sinopsis Self Theories

Self Theories adalah buku psikologi, lebih spesifik lagi self improvement, yang didasarkan pada serangkaian riset mengenai motivasi dan pencapaian yang dilakukan oleh Dweck dan rekan-rekannya. Tidak tanggung-tanggung, riset ini dilakukan dalam skala waktu yang cukup panjang, kurang lebih selama 30 tahun dengan melibatkan ribuan murid (secara agregat), mulai dari murid pra sekolah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang yang beragam, dari kota-kota kecil maupun kota-kota besar, serta mewakili berbagai kelompok dan etnis.

Hasil riset yang tertuang dalam buku ini dipicu rasa trenyuh Penulis atas satu fenomena, di mana terdapat orang-orang yang memiliki pencapaian yang luar biasa, terutama dalam bidang akademik padahal mereka berada dalam set situasi yang sangat sulit. Di pihak lain, ada orang-orang yang sebetulnya punya potensi dan keistimewaan tertentu namun justru menyia-nyiakan kesempatan.

Baca juga ulasan karya Dweck lainnya: Mindset
 

Pola Ketidakberdayaan & Pola Orientasi-Penguasaan

Banyak pelajar yang paling berprestasi cenderung menghindari tantangan dan hancur ketika berhadapan dengan tantangan dan hambatan. Sebaliknya, terdapat banyak pelajar dengan prestasi yang lebih rendah malah menghadapi rintangan dengan riang gembira dan bahkan bersemangat dengan rintangan itu.

Begitu juga saat gagal dalam sebuah tugas terjadi. Pelajar yang paling berprestasi sangat mudah mempertanyakan dan mengutuk kecerdasan mereka sendiri. Sementara bagi pelajar dengan prestasi yang lebih rendah, jangankan mengutuk kecerdasan mereka, terbersit pikiran buruk seperti itu saja tidak pernah.

Dweck menggunakan istilah tak berdaya atau ketidakberdayaan untuk menggambarkan pandangan beberapa pelajar terhadap kegagalan, yakni pandangan bahwa seandainya terjadi kegagalan, mereka berpikir situasi berada di luar kendali mereka, karenanya tidak ada yang bisa mereka kerjakan. Respon ketidakberdayaan ini mencakup semua reaksi yang ditunjukkan pelajar saat menghadapi kegagalan, seperti: kritik atas kecerdasan mereka, ekspektasi yang turun secara drastis, berbagai emosi negatif, menurunnya kegigihan, dan termasuk juga kinerja yang memburuk.

Baca juga ulasan: Filosofi Teras 

Pelajar dengan pola ketidakberdayaan sangat cepat mengeluhkan kecerdasan mereka saat mengalami kegagalan. Mereka sangat mudah mengucapkan hal-hal seperti “kayaknya saya tidak terlalu cerdas,” “ingatan saya tidak pernah kuat,” dan “saya tidak ahli dalam hal-hal seperti ini.”

Padahal baru beberapa saat sebelumnya mereka mengalami serangkaian kesuksesan demi kesuksesan tanpa jeda. Kecerdasan dan ingatan mereka juga sangat baik. Kecuali itu, selama mengalami kesuksesan, kinerja mereka sama baiknya dengan kelompok yang berorientasi-penguasaan. Namun sesaat kemudian, setelah mereka dihadapkan dengan soal-soal yang sulit, mereka segera kehilangan keyakinan akan kecerdasan mereka.

Sementara istilah orientasi-penguasaan digunakan untuk menyebut setiap respon siswa yang gigih terhadap kegagalan karena mereka tetap berkonsentrasi untuk menguasai materi meskipun mengalami kegagalan demi kegagalan. Mereka tidak menyalahkan apa pun saat gagal. Mereka tidak berfokus pada alasan-alasan kegagalan. Bahkan mereka sepertinya tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya gagal.

Para pelajar dengan pola orientasi-penguasaan mulai memberikan instruksi-instruksi motivasi pada diri mereka (self theory) mengenai cara meningkatkan pekerjaan mereka seperti ucapan “semakin sulit masalah ini, maka semakin keras saya harus berusaha” atau “saya harus lebih tenang dan mencoba memikirkannya lebih serius lagi.” 

Kecerdasan Entitas dan Kecerdasan Inkremental

Istilah lain yang kerap disebut dalam buku Self Theories adalah entitas dan inkremental. Kedua istilah tersebut terkadang dipakai untuk mengidentifikasi jenis kecerdasan siswa, terkadang juga untuk menyebut dua jenis teori kecerdasan. Dari sini melahirkan apa yang disebut siswa teori entitas dan siswa teori inkremental dan pada lain sisi juga muncul istilah teori entitas dan teori inkremental. Keduanya saling berkait sebetulnya. Siswa yang percaya pada teori kecerdasan entitas disebut siswa teori entitas dan siswa yang percaya pada kecerdasan inkremental disebut siswa teori inkremental.

Dalam teori entitas, kecerdasan diasumsikan bersifat tetap, kongkrit, dan sekaligus merupakan entitas internal. Adapun dalam teori inkremental, kecerdasan dipandang lebih merupakan kualitas dinamis yang dapat ditingkatkan sepanjang waktu.

Baca juga ulasan: Atomic Habits  

Teori entitas yang mengasumsikan kecerdasan bersifat tetap, harus membuat para siswa peduli untuk selalu menunjukkan bahwa mereka memang cerdas, sehingga menciptakan tujuan kerja. Teori inkremetal yang mengasumsikan kecerdasan dapat berubah, harus membuat siswa peduli untuk semakin pintar sehingga dapat menciptakan tujuan pembelajaran.

Dalam serangkaian riset yang dilakukan oleh Dweck yang tertuang dalam buku Self Theories ini diungkap satu hubungan yang jelas dan signifikan antara teori kecerdasan murid dan pilihan tujuan mereka. Semakin para siswa mempercayai teori kecerdasan entitas, maka semakin besar pula kemungkinan mereka untuk memilih tujuan kinerja. Di lain pihak, semakin para siswa mempercayai teori inkremental, maka semakin besar pula kemungkinan mereka untuk milih tujuan pembelajaran.

Jadi, teori kecerdasan yang dianut para siswa menggambarkan apakah mereka termasuk siswa yang berorientasi pada pembelajaran dan tantangan ataukah terhadap nilai dan kinerja.

Namun masalahnya, siswa teori entitas cenderung menghindari tantangan dan benci pada kegagalan. Sebaliknya, siswa teori inkremental lebih menyukai tantangan dan mereka menganggap kegagalan sebagai suatu yang biasa-biasa saja. Dengan kata lain, kegagalan dan tantangan memiliki arti dan efek yang berbeda bagi keduanya.

Dalam kerangka kerja teori entitas, kegagalan dipersonifikasikan sebagai kecerdasan yang rendah. Sementara dalam kerangka kerja teori inkremental dipersonifikasikan sebagai sebuah isyarat untuk mencoba sesuatu yang baru.

Upaya juga memiliki arti yang berbeda bagi keduanya. Dalam kerangka kerja teori entitas, upaya dipandang sebagai nilai kecerdasan, karenanya kegagalan juga berarti kecerdasan yang rendah. Itu sebabnya, mereka cenderung menghindari upaya karena hal itu memberi pesan negatif mengenai kemampuan mereka. Sementara dalam kerangka kerja teori inkremental, upaya dipandang dapat memicu kecerdasan manusia dan membuat mereka bisa memanfaatkannya secara optimal. Oleh karenanya, mereka memandang upaya sebagai kunci utama menuju pencapaian dan harga diri.

Untuk itu, para siswa yang meyakini kerangka kerja tujuan kinerja (teori entitas) sangat mendukung statemen bahwa jika harus bekerja keras dalam sesuatu, maka itu artinya kita memang tidak ahli dalam hal itu. Kalau memang ahli dalam sesuatu itu, kita sepatutnya tidak membutuhkan upaya. Jadi, kelompok siswa ini sangat percaya bahwa dalam tugas-tugas yang sulit sekalipun kita tidak perlu mengerahkan usaha keras jika memang memiliki kemampuan yang nyata.

Sebaliknya, siswa teori inkremental sangat tidak setuju dengan apa yang diyakini siswa teori entitas. Mereka memandang upaya bukan berarti seseorang memiliki kemampuan atau kecerdasan yang rendah. Bagi mereka, orang-orang yang jenius pun membutuhkan upaya. 

Catatan Penutup

Kita telah mengenal berbagai teori kecerdasan. Dari banyak teori itu, barangkali yang paling sepuh adalah teori kecerdasan yang dikemukakan Alfred Binet. Tokoh yang dikenal sebagai penemu teori IQ ini punya kontribusi penting dalam menciptakan tes IQ yang dipakai hingga kini. Namun kebanyakan orang salah paham dengan tes ini. Alih-alih dimaksudkan untuk menilai entitas tetap seorang anak, tes ini sebenarnya dirancang untuk mengidentifikasi anak-anak yang tidak sejahtera di sekolah-sekolah umum yang ada di Paris. Sejatinya ia ingin menciptakan sebuah program yang dapat mengembalikan mereka ke kondisi normal sekaligus membantu mereka berkembang secara intelektual. Ia sama sekali tidak berasumsi bahwa anak-anak tersebut telah hancur secara permanen. Sebaliknya ia mempercayai bahwa kecerdasan mereka dapat dipupuk melalui serangkaian program pendidikan yang tepat. Binet, simpul Dweck, adalah seorang ahli yang menyatakan secara resmi bahwa ia mempercayai teori inkremental, bukan teori entitas.





Share:

Jumat, 04 Agustus 2023

REVIEW BUKU 21 PELAJARAN UNTUK ABAD KE-21 YUVAL NOAH HARARI

 


Deskripsi Buku

Buku "21 Pelajaran Untuk Abad Ke-21" diterjemahkan secara letterlijk dari buku berbahasa Inggris berjudul 21 Lessons for the 21st Century karya Yuval Noah Harari. Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia pada 30 Maret 2023 oleh Gramedia Pustaka Utama, salah satu penerbit terkemuka tanah air. Bisa dibilang buku yang diterjemahkan oleh Zia Anshor ini merupakan sekuel dari dua buku penulis sebelumnya, yakni Sapiens dan Homo Deus.

Buku "21 Pelajaran Untuk Abad Ke-21" terbagi ke dalam 5 bagian dengan 21 bab. Bagian I: Tantangan Teknologi terdiri dari 4 bab, yakni Kekecewaan, Pekerjaan, Kebebasan, dan Kesetaraan. Bagian II: Tantangan Politik terdiri dari 5 bab, yakni Komunitas, Peradaban, Nasionalisme, Agama, dan terakhir Imigrasi. Bagian III: Keputusasaan dan Harapan terdiri dari 5 bab, yakni Terorisme, Perang, Rendah Hati, Tuhan, dan Sekularisme. Bagian IV: Kebenaran terdiri dari 4 bab, yakni Ketidaktahuan, Keadilan, Pasca-Kebenaran, dan Fiksi Ilmiah. Sedang Bagian V: Keuletan terdiri dari 3 bab, yakni Pendidikan, Makna, dan Meditasi.

Baca juga: The Psychology of Money

 

Tentang Penulis

Sejauh ini, Yuval Noah Harari dikenal sebagai penulis bertalenta. Dilahirkan pada tahun 1976 di daerah Haifa, Israel. Pria berdarah Yahudi ini meraih gelar Ph.D. pada tahun 2002 dari Oxford University. Selepas menuntaskan studinya, ia mengabdikan diri sebagai staf pengajar pada Jurusan Sejarah, Universitas Ibrani di Yerusalem. Bidang minatnya adalah sejarah, dengan spesifikasi pada sejarah dunia, sejarah abad pertengahan, dan sejarah militer. Penelitian-penelitiannya berfokus pada pertanyaan yang bersifat makro-hostoris seperti: apa hubungan antara sejarah dan ilmu biologi? Adakah keadilan dalam sejarah? Apakah orang semakin berbahagia seiring berjalannya sejarah?

Pada tahun 2009 dan 2012 ia berhasil memenangkan Polonsky for Creativity and Originality in the Humanistic Disciplines. Sementara pada tahun 2011 ia juga berhasil memenangkan Society for Military History’s Moncado Award berkat artikelnya yang mengkaji secara mendalam perihal sejarah militer. Pada tahun 2012, ia terpilih sebagai anggota akademi bergengsi Young Israeli Academy of Sciences.

 

Sinopsis Buku 21 Pelajaran Untuk Abad Ke-21

Sapiens, Homo Deus, dan 21 Lessons for the 21st Century adalah trilogi sejarah manusia dengan penekanan pada periode tertentu.

Sapiens adalah buku yang mengeksplorasi sejarah awal manusia, mulai dari 2,5 juta tahun yang lalu saat untuk pertama kalinya mereka mendiami daerah Afrika Timur. Dari daerah inilah, sebagaimana yang diyakini Penulis dan Penulis Barat pada umumnya, bentuk awal Sapiens yang berotak 600 sentimeter kubik berevolusi dan kira-kira setengah juta tahun setelahnya mulai bermigrasi menempuh perjalanan panjang menuju Afrika Utara, Eropa, dan Asia.

Kebalikan dari Sapiens,  Homo Deus menerawang masa depan umat manusia jauh ke depan dalam skala waktu abad bahkan milenium. Melalui buku ini, Harari meramalkan manusia di masa yang akan datang berpotensi menjadi sang mahakuasa. Pada periode ini manusia digambarkan telah mencapai kekekalan, suatu atribut yang hanya dimiliki Tuhan. Jalan menuju ke arah itu, kata Harari, sangat mungkin digapai dengan menempuh satu dari tiga jalan, yakni rekayasa biologis, rekayasa cyborg, dan rekayasa benda-benda non organik. Secara evolusioner, manusia mulai melakukan berbagai rekayasa, dua yang terpenting di antaranya adalah rekayasa kematian dan penderitaan. Di samping itu, berbagai manipulasi juga digalakkan, mulai dari manipulasi organ tubuh, emosi, iteligensia, kesadaran, DNA, dan sebagainya. Pertanyaannya, akankah Deus menjadi evolusi akhir Homo Sapiens?

Sementara itu, 21 Lessons for the 21st Century dari sisi jangkauan waktu lebih pendek dari jangkauan waktu Homo Deus. Pada buku ini Harari berkonsentrasi menjelaskan fenomena terkini sembari meramalkan masa depan yang tidak terlalu jauh yang akan segera dihadapi umat manusia, mungkin dua puluh hingga tiga puluh tahun ke depan. Di sini Penulis membahas beberapa pertanyaan mendasar. Apa yang sebetulnya tengah terjadi saat ini? Apa saja tantangan terbesar dan pilihan terpenting yang tersedia saat ini? Apa yang seharusnya kita perhatikan? Dan apa yang semestinya kita ajarkan pada anak-anak kita saat ini?

Selaras dengan judulnya, Penulis menegaskan bahwa 21 Lessons for the 21st Century tidak berisi narasai sejarah sebagaimana Sapiens dan Homo Deus, melainkan serangkaian pelajaran terpilih. Sayangnya, pelajaran-pelajaran yang direkam itu tidak berakhir dengan jawaban-jawaban yang terbilang sederhana. Pelajaran-pelajaran ini dimaksudkan sebagai stimulus pemikiran lebih lanjut dan sekaligus mengajak pembaca untuk ikut terlibat dalam beberapa percakapan besar di zaman ini.

Baca juga: Ke Mana Revolusi Industri 5.0 Membawa Kita?

 

Dalam 21 bab yang sangat provokatif dan inspiratif, Penulis mengurai berbagai persoalan dari sudut pandang yang tak terduga. Persoalan-persoalan yang diurai di antaranya mengenai teknologi, pekerjaan, politik, peradaban, agama, Tuhan, keadilan, pendidikan, nasionalisme, perang, dan terorisme.

 

Teknologi dan Pasar Tenaga Kerja

Revolusi ganda di bidang teknologi informasi dan bioteknologi berpotensi memporak-porandakan tidak hanya aspek ekonomi dan masyarakat kita, tetapi juga jiwa dan raga kita. Di abad ini manusia melangkah lebih jauh, berusaha mengendalikan dunia di dalam dirinya, sesuatu yang tidak sanggup ia lakukan sebelumnya. Perkembangan teknologi mengarah pada upaya menundaan penuaan tubuh, mendesain otak, memperpanjang usia, hingga menghentikan pemikiran-pemikiran mengganggu, tak ubahnya seperti mematikan lampu dengan remote control.

Manusia berada pada masa di mana ia memiliki seperangkat kemampuan untuk memanipulasi dunia di sekelilingnya dan sekaligus menyusun ulang keseluruhan planet ini. Di sisi lain, algoritma akan merebut pekerjaan kita. Di belakangnya ada kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang siap menginvansi berbagai sektor padat karya yang selama ini diisi manusia. Manusia mungkin tidak akan kehilangan pekerjaan 100% akibat revolusi algoritma dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Bisa saja pasar tenaga kerja justru merupakan gabungan antara manusia dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Namun karena jenis-jenis pekerjaan baru menuntut keahlian yang sangat tinggi, maka akan selalu ada tenaga kerja tanpa keahlian yang tereliminasi.

 

Terorisme

Teroris adalah orang-orang yang lihai mengendalikan pikiran, menciptakan ketakutan, kepanikan dan kecurigaan pada orang lain di luar komunitas. Pada batas-batas tertentu ia punya andil besar dalam merevolusi cara kita menggunakan ruang publik. Tiba-tiba saja maal, pasar, masjid, gereja, dan tempat-tempat umum lainnya menjadi tidak aman. Kita jadi saling mencurigai.

Ditilik dari angka kematian yang diakibatkannya, teroris sebenarnya bukan ancaman serius. Mereka adalah segerombolan bromocorah yang membunuh sangat sedikit orang, namun berhasil menciptakan ketakutan pada miliaran orang sekaligus berhasil mengguncang struktur politik yang mapan seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Beberapa negara di Timur Tengah bahkan merasakan efek yang sangat dahsyat.

Sejak peristiwa 11 September 2001, setiap tahun teroris membunuh 25.000 orang di seluruh dunia. Sebagian besar serangan itu justru terjadi di negara-negara Muslim, sebut misalnya Irak, Afghanistan, Pakistan, Nigeria, dan Suriah. Di Eropa sendiri teroris hanya membunuh 50-an orang. Angka itu tentu terbilang kecil. Bandingkan misalnya dengan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang menewaskan sebanyak 80 ribu orang di Eropa, 40 ribu orang di Amerika, 270 ribu orang di China, dan 1,25 juta korban di seluruh dunia. Bandingkan juga dengan data kematian akibat daibetes dan kadar gula darah tinggi yang merenggut 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pencemaran udara lebih dahsyat lagi, setiap tahunnya mengakibatkan 7 juta orang kehilangan nyawanya.

 

Pendidikan

Seribu tahun yang lalu, sekira 1018, ada begitu banyak hal yang tidak diketahui secara pasti mengenai masa depan. Namun, mereka yakin bahwa ciri-ciri dasar masyarakat tidak akan banyak mengalami perubahan puluhan bahkan ratusan tahun mendatang. Sebagian besar orang masih akan mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai mata pencaharian utamanya. Penguasa masih mengandalkan manusia lainnya untuk mengatur tentara dan birokrat mereka, pria masih mendominasi atas wanita, harapan hidup paling di kisaran empat puluh lima puluh tahunan, dan tubuh manusia masih tetap sama. Tidak mengalami banyak perubahan.

Sebaliknya, hari ini, kita tidak tahu secara pasti seperti apa China atau dunia secara umum pada tahun 2050. Kita tidak tahu persis bagaimana kira-kira cara orang-orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bagaimana tentara atau birokrasi akan berfungsi, dan kita sama sekali tidak tahu bagaimana hubungan antar gender nantinya. Sebagian orang bisa saja hidup lebih lama daripada yang terjadi saat ini. Tubuh manusia boleh jadi mengalami revolusi yang belum pernah terjadi sebelumnya berkat berbagai rekayasa biologis dan koneksi langsung antara otak dan komputer.

Itulah sebabnya kenapa banyak hal yang dipelajari oleh anak-anak kita saat ini kemungkinan besar tidak lagi relevan pada tahun 2050.

Sekolah harusnya beralih ke pengajaran yang mengasah 4C, yakni critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), dan creativity (kreativitas). Sekolah harus mengurangi hal-hal yang berbau keahlian teknis dan memprioritaskan keahlian hidup yang bersifat lebih umum. Dan yang lebih penting dari itu adalah bagaimana menumbuhkembangkan kemampuan untuk menghadapi segala bentuk perubahan, mempelajari hal-hal baru, dan termasuk juga bagaimana menjaga keseimbangan mental pada situasi yang tak biasa.

Untuk mengimbangi laju perubahan yang bakal terjadi pada 2050, kita bukan hanya perlu menciptakan gagasan segar dan produk yang baru, namun juga yang terpenting ialah kita perlu menciptakan ulang diri kita terus menerus, lagi dan lagi.

Nah, sebagai orang yang beragama dan menjujung tinggi budaya ketimuran, adab dan sopan santun, baik yang berakar pada agama maupun lokal setempat akan selalu relevan untuk kita ajarkan dan contohkan kepada anak-anak kita. Karena hanya dengan cara itulah kita dapat memastikan diri bahwa kita berbeda dengan binatang dan mungkin juga mesin.

 

Catatan Penutup

Lepas dari kemegahan karya-karya Yuval Noah Harari, satu hal yang mesti kita garisbawahi tebal-tebal bahwa Barat yang menjadi basis kultural dan akademis Harari memiliki cara pandang dunia (world view) yang berbeda jauh dengan kita, terlebih lagi kita yang menganut suatu agama. Kita meyakini seyakin yakinnya bahwa manusia dan alam semesta tercipta by design oleh Tuhan, bukan ujug-ujug muncul secara evolusioner sebagaimana keyakinan Harari dan ilmuwan lain yang sehaluan dengannya. Pada halaman 477 buku Sapiens, Harari sangat yakin bahwa setiap organisme di planet ini berevolusi secara alamiah. Ia menegasikan fakta normatif bahwa alam semesta tercipta oleh Pencipta Yang Maha Cerdas.

Bahkan bukan hanya dalam tataran biologis semata, rasa keadilan pun, sebagaimana dengan perasaan yang lainnya, menurut Harari seperti terekam pada halaman 228 buku 21 Pelajaran Untuk Abad Ke-21, ternyata memiliki akar evolusioner purba. Moralitas manusia, pungkasnya, dibentuk selama jutaan tahun evolusi yang disesuaikan guna menghadapi berbagai dilema sosial dan etika yang mengemuka dalam kehidupan kelompok kecil pemburu-pengumpul.

Dan agaknya yang paling mengganggu konsentrasi kita adalah menyangkut ke-gay-an Harari. Nalar kita sulit mempercayainya. Tapi itulah anomalinya. Ilmuwan yang karya-karyanya tampak maskulin, gagah perkasa, namun justru di sisi lain memiliki oriontasi gender yang menyimpang, setidaknya dari sudut pandang agama yang saya anut. Pada halaman 53 dari buku yang kita review ini ia berterusterang bahwa, “Waktu berumur 20 tahun, saya akhirnya menyadari bahwa saya ternyata seorang gay setelah beberapa tahun berusaha menyangkalnya.”

Salam literasi, dan Wassalam.

 

 

Share:

Kamis, 03 Agustus 2023

FILOSOFI TERAS


Deskripsi Buku

Buku berkategori self improvement setebal 326 (xxviii+298) halaman ini ditulis oleh Henry Manampiring, seorang praktisi periklanan dan Levina Lesmana sebagai ilustratornya. Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kompas pada tahun 2018, satu tahun sebelum Covid-19 melanda dunia. Buku full color ini masuk dalam jajaran buku Mega Best Seller di toko buku jaringan Gramedia. Terpilih sebagai Book of the Year pada Pameran Buku Internasional Indonesia setahun setelah terbit. Hingga Juli 2023, buku yang dibandrol dengan harga Rp 98.000 ini telah naik cetak sebanyak 50 kali dan terjual lebih dari 300.000 eksemplar. Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari 13 bab dengan satu bab tambahan sejak cetakan ke-25 yang diletakkan pada bagian akhir yang diberi judul Catatan Pandemi. Kata pengantar sendiri diberikan oleh Dr. A. Setyo Wibowo, salah seorang Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

 

Profil Penulis

Henry Manampiring bukanlah seorang penulis buku dengan karya berderet yang best seller. Pada awalnya dia lebih dikenal sebagai seorang praktisi periklanan, khususnya pada bidang strategi merek dan komunikasi, daripada seorang penulis buku. Terbukti lebih dari dua puluh tahun ia berkarir di bidang ini. Ia tercatat pernah bekerja pada berbagai perusahaan dan biro iklan multinasional kawakan, sebut misalnya Coca Cola Indonesia, Leo Burnett, Facebook, dan Ogilvy.

Henry meraih gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Universitas Padjadjaran Bandung. Setelahnya ia melanjutkan studi dengan mengambil program Master of Business Administration pada Melbourne Business School, University of Melbourne, Australia.

Sebelum Filosofi Teras meluncur meramaikan pasaraya perbukuan nasional, Henry telah menulis empat buku: 7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget; Cinta Tidak Harus Mati; The Alpha Girl’s Guide; dan The Alpha Girl’s Playbook. Berkat Filosofi Teras, belakangan buku The Alpha Girl’s Guide-nya ikut terdongkrak jadi buku laris di jaringan toko Buku Gramedia. Pada September 2022 ia menerbitkan Hitam 2045, novel pertamanya. Di platform  Twitter, per 3 Agustus 2023, akunnya telah diikuti oleh 179.711 pengikut.

 

Mengapa Buku Ini Ditulis?

Henry Manampiring, Penulis buku ini sangat jujur mengakui bahwa dirinya pernah mengidap penyakit mental yang disebut major depressive disorder. Meski terdengar mentereng, arti dari penyakit mental dan medis ini tidak jauh dari kata stres atau depresi berat. Penyakit mental ini seringkali membawanya pada kondisi murung yang tidak dapat dijelaskan asal muasalnya. Ia kerap dihantui rasa sedih bercampur negative thinking. Saat dihadapkan pada suatu kondisi, ia selalu berpikir skenario buruknya dulu. Puncaknya, pada pertengahan 2017, kecemasan ekstrim, pikiran buruk, ditambah kehilangan gairah menjalani hidup semakin membelenggu dirinya. Kondisi ini semakin problematis karena hal itu mulai mempengaruhi orang-orang dekat di sekitarnya.

Setelah didiagnosa positif mengidap major depressive disorder, ia akhirnya menjalani serangkaian terapi obat-obatan. Untuk seminggu dua minggu terapi itu membuahkan hasil. Lambat laun mood-nya membaik. Pikirannya sedikit banyak terbuka. Pada saat bersamaan, ia mulai menyadari bahwa masalah kesehatan mental sebenarnya bisa dipengaruhi oleh gangguan kimiawi di dalam otak. Dan obat-obatan modern dapat membantu. Namun di sisi lain, ia juga tidak ingin secara terus menerus mengkonsumi berbagai obat-obatan itu. Nalurinya ingin bebas dari segala bentuk kecanduan itu. Ia berusaha mencari berbagai solusi alternatif yang lebih aman dan sesuai dengan keinginannya.

Maka dalam proses selanjutnya, yang tidak pernah disangka sebelumnya, jalan hidup membawanya ke sebuah alternatif solusi yang lebih baik, yang dapat membantu dirirnya memperoleh ketenangan yang lebih baik dibanding terapi obat-obatan yang ia jalani selama ini. Ia berkenalan secara tidak sengaja dengan Stoisisme, sebuah filosofi purba yang konon berusia 2.300 tahun.

Cerita awalnya mirip dengan kisah Zeno, sang filsuf Cynic. Suatu ketika Penulis buku ini tanpa segaja masuk ke sebuah toko buku. Pada jejeran buku terbaru, ia menjumpai buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci. Ia seperti menemukan mutiara tak ternilai.

Setelah membaca buku Pigliucci tersebut, mata hatinya terbuka dan ia serasa menemukan sebuah terapi obat alternatif yang dapat dipraktikkan sepanjang hidup. Ini karena jenis filosofi tersebut sangat membantu membentuk ketenangan, kedamaian, dan pada saat bersamaan menjadikan seseorang tidak mudah stres dan marah-marah yang tidak pada tempatnya. Efek mempraktikkan Stoisisme ini sangat membantu Penulis. Bahkan, seperti diutarakannya, ia bisa menghentikan terapi obat-obatan yang diberikan oleh Psikiater lebih awal dari yang seharusnya.

Jadi, buku ini telah melewati masa uji coba (trial and error) oleh Penulisnya sendiri yang terbukti  ampuh. Ia berhasil melewati masa-masa kritis. Dan melalui buku ini, Penulis berharap dapat membantu siapa saja guna memperoleh hidup yang lebih tenang. Sangat cocok bagi mereka yang kerap merasa khawatir akan hidup yang dijalaninya, atau bahkan sering merasa resah gelisah dan kecewa dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Filosofi Teras jelas tidak menjanjikan yang muluk-muluk, misal agar kesulitan dan berbagai tantangan hidup teratasi dengan mudah. Buku ini justru menawarkan cara-cara praktis untuk terus mengembangkan sikap mental yang lebih tangguh agar dapat tetap menjaga ketenangan dalam menghadapi berbagai ujian hidup.

 

Mengapa Filosofi Teras?

Ketika melihat buku Filosofi Teras untuk pertama kalinya di sebuh toko buku ternama beberapa tahun yang silam, saya langsung dihantui pertanyaan, apa itu filosofi teras? Apakah filosofi teras jenis filsafat baru?

Pada halaman 19-27, Penulis menjelaskan asal muasal penggunaan istilah filosofi teras dan sejarah ringkas filsafat Yunani-Romawi kuno itu. Rupanya term teras adalah terjemahan dari kata stoa dalam bahasa Yunani. Karenanya aliran filsafat ini juga kerap disebut filsafat stoa.

Diceritakan, sekira 300 sebelum masehi seorang pedagang kaya raya yang berasal dari Siprus bernama Zeno melakukan perjalanan niaga dari Phoenicia menuju Peiraeus dengan menumpangi kapal laut mengarungi laut Mediterania. Ia membawa barang dagangan berupa pewarna tekstil berwarna ungu yang kala itu sangat mahal harganya, sebuah komoditas khas Phoenicia yang lazim digunakan sebagai bahan pewarna jubah para raja.

Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak, kapal laut yang ditumpangi Zeno karam. Barang dagangannya ikut lenyap. Ia sendiri harus terdampar di Athena, sebuah kota yang sangat asing baginya. Dalam suasana luntang-lantung itu, ia secara tidak sengaja mengunjungi sebuah toko buku, di mana ia menemukan sebuah buku bergenre filsafat yang berhasil menarik perhatiannya. Bertanyalah ia kepada pemilik toko buku, kira-kira di mana ia bisa berjumpa dengan filsuf-filsuf seperti penulis buku itu. Dan secara kebetulan kala itu melintaslah Crates, seorang filsuf yang beraliran Cynic di depan toko buku. Tanpa ragu pemilik toko buku menunjuk ke arah tokoh fisluf Cynic itu. Ringkas cerita, bergurulah Zeno kepada Crates selama bertahun-tahun lamanya. Tak cukup sampai di situ, ia juga tekun menghadiri kuliah-kuliah filsuf lainnya hingga seiring berjalannya waktu ia sendiri mencapai kematangannya sebagai seorang filsuf.

Zeno tidak pelit berbagi ilmu. Ia mulai mengajarkan filsafatnya sendiri yang boleh jadi berbeda dengan aliran filsafat yang berkembang kala itu. Biasanya ia mengajarkan filosiofinya di sebuah teras yang berpilar, yang dalam bahasa Yunani disebut stoa. Teras ini terletak di sisi sebelah utara agora, sebuah ruang publik yang didesain sebagai tempat berdagang dan berkumpul bertukar pikiran. Semenjak itu, para pengikutnya dikenal sebagai kaum stoa.

Nah, disebabkan kebanyakan orang sulit menyebut stoisisme dengan fasih, jadilah Henry menyebutnya dengan Filosofi Teras yang mengarah pada kata stoa dalam bahasa Yunani yang bermakna teras. Rupanya ini pilihan yang sangat tepat. Saya tidak dapat membayangkan jika buku ini diberi judul yang kaku dan angker, Filsafat Stoa atau Filsafat Stoisisme atau Filsafat Stoik. Jalan ceritanya sangat mungkin akan berbeda jauh. Saya menduga bukunya tidak akan pernah mencapai predikat Mega Best Seller.

 

Apa Tujuan Utama Filosofi Teras?

Stoisisme tidak dirancang sebagai cara instan untuk meraih hal-hal yang bersifat eksoteris, semisal pasangan yang cakep, karir yang cemerlang, bisnis yang gampang mendapatkan investasi hingga miliaran rupiah, atau mungkin anak-anak yang super genius.

Lebih dari itu, stoisisme terutama dimaksudkan sebagai soft skill untuk menggapai dua hal pokok, yakni:

  1. Hidup yang bebas dari berbagai emosi negatif, semisal cemburu buta, sedih, baperan, curigaan, dan lainnya. Stoisisme juga dimaksudkan sebagai jalan mendapatkan hidup yang tenteram. Ketentraman ini sendiri hanya mungkin diraih dengan cara terus berkonsentrasi pada hal-hal yang dapat dikendalikan.
  2. Hidup untuk mengasah berbagai kebajikan atau virtues standar, seperti kebijaksanaan (wisdom), keadilan (justice), keberanian (courage), dan kemampuan menahan diri (temperance).

Kebijaksanaan (wisdom) merupakan kemampuan mengambil keputusan terbaik di dalam segala situasi dan kondisi. Keadilan (justice) mengarah pada sikap yang menjadikan seseorang dapat memperlakukan orang lain dengan jujur dan adil. Keberanian (courage) berarti seorang individu memiliki keberanian berbuat yang benar dan selalu berpegang pada prinsip yang benar. Sedang yang dimaksud menahan diri (temperance) adalah disiplin, kesederhaan, kepatutan, termasuk juga kontrol diri atas nafsu sesaat dan emosi yang meledak.

Penting dicatat bahwa kebahagiaan, dalam makna yang umum, bukanlah tujuan utama dalam filosofi teras ini. Nyatanya, para filsuf stoa lebih mentikberatkan pada pengendalian emosi negatif dan pada saat bersamaan mengasah kebajikan (virtue), terutama 4 macam kebajikan seperti disebut di atas. Virtue dalam bahasa Inggris terambil dari kata virtus (Latin). Kata virtus sendiri terambil dari kata arete (Yunani).

Arete, seperti diungkap Donald Robertson dalam buku Stoicism and the Art of Happiness, bermakna menjalankan sifat dan esensi dasar dengan sebaik-baiknya, dengan cara yang sehat dan terpuji.

Filosofi Teras meyakini bahwa hidup dengan arete/virtue atau kebajikan merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan oleh setiap individu. Tidak peduli apa pun agama dan keyakinannya. Dengan berpegang pada arete/virtue atau kebajikan sembari mengasah kemampuan mengendalikan emosi negatif, diharapkan setiap individu akan hidup damai, tenteram, dan sekaligus tangguh menghadapi berbagai masalah dan rintangan.

Nilai-nilai yang ada pada filosofi teras bersifat inklusif-universal. Siapa saja bisa mempraktikkannya tanpa harus dibayang-bayangi atribut tertentu, semisal prestasi akademik maupun non akademik, kekayaan, agama, suku dan ras, profesi dan sebagainya. Itu sebabnya, dalam sejarahnya filosofi ini dianut oleh individu dengan berbagai latar, mulai dari politisi, bisnisman, kaisar, sampai mantan budak. Tokoh-tokoh yang ditengarai sebagai penganut Stoisisme di abad modern, di antaranya: aktris berbakat Anna Kendrick, mantan presiden US Bill Clinton, penulis laris J.K. Rowling, aktor tampan Tom Hiddleston, dan penulisa buku laris The Black Swan Nassim Nicholas Taleb.

Lebih dari itu, filosofi ini selalu menemukan relevansinya. Tidak ada kata basi. Karena ia adalah filosofi yang peka zaman. Senantiasa selaras dengan konteks ruang dan waktu mana pun. Kare Anderson, lewat artikel berjudul Why Stoicism Matters Today mengurai tiga alasan mengapa filosofi teras relevan hingga era revolusi 5.0 ini, yakni:

1.  Stoisisme ditulis untuk menghadapi masa-masa sulit. Stoisisme tumbuh di era yang penuh gejolak, peperangan, dan krisis di Yunani. Filsafat ini sama sekali tidak menjanjikan materi maupun kedamaian di akhirat. Namun ia menjanjikan kedamaian dan ketenteraman yang kokoh pada kehidupan saat ini. Kedamaian dan ketenteraman yang kokoh ini diraih karena ia berasal dari dalam diri kita, bukan pada hal-hal eksoteris yang dapat berubah, hancur, maupun direnggut dari diri kita.

2. Stoisisme disusun untuk konteks global. Banyak ahli yang berpendapat bahwa stoisisme merupakan filsafat Barat pertama yang mengajarkan persaudaraan yang bersifat universal (universal brotherhood). Di tengah arus dunia yang semakin terpolarisasi dengan kiri dan kanan, konservatif dan liberal, tersekat oleh identitas kesukuan dan agama, sangat dihajatkan sebuah filososfi yang menekankan bahwa kita sesungguhnya adalah satu saudara dalam bingkai kemanusiaan.

3. Stoisisme merupakan filsafat kepemimpinan. Maksud kepemimpinan di sini tidak sesempit yang kita bayangkan, semisal kepemimpinan dalam sebuah tim, organisasi maupun kepemimpinan dalam skala yang lebih luas, yakni negara. Kepemimpinan bahkan harus dimulai terlebih dahulu secara mikroskopis dari memimpin diri sendiri. Karenanya, stoisisme pada asasnya menggembleng kita agar selalu memprioritaskan pengendalian atas diri sendiri sebelum beranjak mengendalikan kehidupan dan orang-orang di luar diri kita. Dalam dimensi lain, stoisisme membekali setiap pemimpin agar senantiasa tegar menghadapi serangkaian kegagalan dan tetap rendah hati saat menggapai kesuksesan.

 

 

 

Share:

neracabuku.blogspot.com